Human Brain Analysis - Man vs Woman

0 comments

1. MULTI-TASKING
Women - Multiple process
Womens brains designed to concentrate multiple task at a time.
Women can Watch a TV and Talk over phone and cook.
Men - Single Process
Mens brains designed to concentrate only one work at a time. Men can not watch TV and talk over the phone at the same time. they stop the TV while Talking. They can either watch TV or talk over the phone or cook.

2. LANGUAGE
Women can easily learn many languages. But can not find solutions to problems. Men can not easily learn languages, they can easily solve problems. That's why in average a 3 years old girl has three times higher vocabulary than a 3 years old boy.

3. ANALYTICAL SKILLS
Mens brains has a lot of space for handling the analytical process. They can analyze and find the solution for a process and design a map of a building easily. But If a complex map is viewed by women, they can not understand it. Women can not understand the details of a map easily, For them it is just a dump of lines on a paper.

4. CAR DRIVING.
While driving a car, mans analytical spaces are used in his brain. He can drive a car fastly. If he sees an object at long distance, immediately his brain classifies the object (bus or van or car) direction and speed of the object and he drives accordingly. Where woman take a long time to recognize the object direction/ speed. Mans single process mind stops the audio in the car (if any), then concentrates only on driving.

5. LYING
When men lie to women face to face, they get caught easily. Womans super natural brain observes facial expression 70%, body language 20% and words coming from the mouth 10%. Mens brain does not have this. Women easily lie to men face to face.
So guys, do not lie face to face.

6. PROBLEMS SOLVING
If a man have a lot of problems, his brain clearly classifies the problems and puts them in individual rooms in the brain and then finds the solution one by one. You can see many guys looking at the sky for a long time. If a woman has a lot of problems, her brain can not classify the problems. she wants some one to hear that. After telling everything to a person she goes happily to bed. She does not worry about the problems being solved or not.

7. WHAT THEY WANT
Men want status, success, solutions, big process, etc... But Women want relationship, friends, family, etc...

8. UNHAPPINESS
If women are unhappy with their relations, they can not concentrate on their work. If men are unhappy with their work, they can not concentrate on the relations.

9. SPEECH
Women use indirect language in speech. But Men use direct language.

10. HANDLING EMOTION
Women talk a lot without thinking. Men act a lot without thinking.

Pohon Gengsi

0 comments

Di sebuah pekarangan, masing-masing petak telah disepakati dipakai oleh orang-orang yang terlibat di sana. Tidak peduli apakah orang itu masih yunior atau senior. Pekarangan luas itu telah diberi dibatasi untuk masing-masing orang dengan adil.

Seorang yunior di sana menanam sepetak tanahnya dengan tanaman obat. Sengaja ia bawa pohon itu dari tempat yang jauh agar khasiat tanaman itu bisa dinikmati banyak orang. Memang tanaman itu kecil saja, daunnya rimbun dan sesekali ada ulat yang sering terlihat memakan daunnya. Hanya daun dari pohon itu saja. Tidak kepada tanaman lain. Sang yunior pun sangat peduli dan merawat pohon itu dengan telaten.

Salah satu senior yang sering protes kepada pohon milik yunior itu sebenarnya tidak suka pohon itu ada. Alasannya karena ulatnya semakin banyak. Meski ia sudah diberitahu bahwa ulat tidak akan mengganggu, ada saja yang ia protes. Bahkan ia juga tidak suka dengan adanya pohon itu karena katanya bisa mengambil batas petakan yang lain. Ia meminta si yunior supaya lebih rajin memangkas tanamannya. Hingga satu hari ia menyaksikan sendiri kegunaan dari pohon obat milik yuniornya itu. Si senior mulai sedikit diam meski sesekali tetap saja ada yang menjadi protesnya.

Seperti biasa, si yunior itu harus memangkas pohon obatnya. Ia memotong dahan yang sudah banyak tumbuh serta memotong dedaunan. Ada yang untuk obat, ada pula yang dibuang. Sehabis dipangkas dan dibersihkan ia pun dengan rapi membuang bekas tebangan tanamannya itu ke tempat sampah sementara. Besok pagi akan ada yang mengambil sampah-sampah yang ada untuk dibuang ke tempatnya.

Tanpa sepengetahuan si yunior, malam-malam senior yang semula protes terhadap tanaman yang dimiliki yunior itu mencari dahan yang masih baik dan layak untuk ditanam kembali. Tanpa sepengetahuan siapa pun, ia menanamkan kembali dahan itu ke tanah petak bagian yunior itu.

* Kadang kita tidak mau mengakui keberhasilan orang lain. Meski banyak orang mengakui, ada saja rasa gengsi untuk mengakui bahkan sudah ada bukti di depan mata. Lalu, apakah demi menahan gengsi kita harus dengan cara sembunyi-sembunyi mengakui keberhasilan itu?

Bukan Omong Kosong Tentang Cita-cita dan Keberanian

0 comments

Bila ada cita-cita maka siapapun akan menjadi luar biasa. Bila ada keberanian pasti ada kemukjizatan. Demikian Sang Guru berkata.

MEMILIKI CITA-CITA AKAN MENJADI LUAR BIASA

Para orang tua atau guru sering bertanya tentang cita-cita kepada anak-anaknya. Mengapa? Karena cita-cita akan menjadi tujuan hidup anak-anak kelak.

Begitu pentingnya sebuah cita-cita dalam kehidupan kita. Karena cita-cita merupakan kompas bagi kehidupan.

Bayangkan bagaimana jadinya bila seseorang berjalan tanpa tujuan? Setiap hari keluar rumah tanpa ada tujuannya ke mana ia melangkah.

Karena adanya cita-cita, maka seseorang akan menjadi luar biasa. Cita-cita adalah kekuatan yang menggerakkan.

Karena itulah tak salah bila Bung Karno, presiden pertama kita berkata,”Gantungkan cita-citamu setinggi langit.”

Kenapa setinggi langit? Karena tingginya langit seakan tanpa batas, sebab begitu tingginya. Demikianlah agar kita menggantungkan cita-cita.

Dengan adanya cita-cita, membuat kita fokus untuk menggapainya. Ada tujuan dan gairah untuk mewujudkan. Akhirnya terjadi pencapaian yang luar biasa.

Idealnya kita memiliki cita-cita bukan hanya untuk urusan keduniawian saja. Misalnya bercita-cita jadi dokter atau penyanyi terkenal.

Lalu untuk mencapainya kita memfokuskan seluruh perhatian dan energi. Untuk urusan kerohanian tidak kebagian lagi. Selama ini kita terlena dalam cita-cita keduniawian saja.

Cita-cita dalam urusan kerohanian sebenarnya jauh lebih penting lagi untuk dibentangkan.

Untuk cita-cita dalam hal kerohanian, coba kita definisikan sendiri. Karena masing-masing pasti memiliki pandangannya.

Kita memang semestinya lebih menekankan dalam hal kerohanian. Karena itu bukan hanya menyangkut kehidupan kita saat ini saja.

KEBERANIAN AKAN MENCIPTAKAN KEMUKJIZATAN

Keberanian. Setiap orang harus mempunyai keberanian dalam hidup ini.

Tanpa keberanian kita akan kalah dan tenggelam dalam arus kehidupan.

Apabila kita menginginkan banyak kemukjizatan terjadi dalam hidup ini. Bukan hanya dengan berdoa lalu akan datang dari langit.

Tetapi dengan keberanian, maka akan mengharukan Tuhan menurunkan kemukjizatan-Nya.

Banyak hal yang secara logika tidak mungkin terjadi. Tetapi karena keberanian, maka terjadi kemukjizatan.
Seorang teman, divonis menderita penyakit kanker. Tidak akan panjang lagi umurnya.

Walau dengan tubuh yang lemah, ia bersembahyang dengan sepuluh ribu kali sujudan. Padahal dalam keadaan normal tiga ribu kali saja sudah sulit rasanya.

Apa yang terjadi? Ya kemukjizatan, ketika diperiksa dokter kembali. Penyakitnya sudah raib.

Kemukjizatan tidak selalu berhubungan dengan kemustahiilan. Semisal seseorang yang tidak berani berbicara di depan umum.

Oleh karena keberanian, tiba-tiba ia bisa lancar berbicara di hadapan banyak orang. Lancar lagi. Bukankah itu kemukjizatan juga?

Bagi saya, bisa menulis sampai ribuan di Kompasiana adalah sebuah kemukjizatan. Tak terpikirkan. Modal awalnya ya karena berani menghindari dari rasa ketidak-percayaan diri. Siapalah saya. Dalam hal ini berani malu juga. Tapi malu yang positif tentunya.

Katedrarajawen

Perbedaan Diciptakan Manusia

0 comments

Perbedaan…
 Sebuah kata yang bisa mengundang perdebatan bahkan permusuhan
Padahal, Tuhan tidak pernah menciptakan perbedaan.

Dan yang terpenting adalah… Tuhan tidak menurunkan Agama, melainkan Firman (Ajaran)

Firman tentang kebenaran lah yang diajarkan Tuhan dan bukan Agama

Agama lahir setelah Para Nabi kembali ke Surga

Agama lah yang kemudian membuat manusia menjadi terpisah kotak demi kotak (Bukan menyalahkan Agama, melainkan manusia yang memperdebatkan perbedaan)

Jika terpaku pada catatan-catatan sejarah, yang dicatat oleh manusia sudah pasti kita akan menjadi kotak dan terperangkap.

Jika manusia dapat menembus perbedaan demi perbedaan maka manusia akan kembali kepada kesucian Firman akan kebenaran yang sudah diturunkan Tuhan berkali-kali.

Namun namanya manusia, masih manusiawi, berkali-kali diturunkan AjaranNya tentang kebenaran pun tetap saja banyak yang tersesat. Termasuk saya pun banyak tersesat, tersesat karena mengejar duniawi.

Dan kebesaran Tuhan terwujud dari caraNYA menurunkan Firman dengan tidak menurunkannya hanya di satu tempat saja. Dengan tujuan agar dapat benar-benar menembus batas perbedaan antar bangsa, bahasa, budaya dll yang kesemuanya bersifat kebendaan.

Namun sayang sungguh sayang, perbedaan-perbedaan tersebut malah disikapi dengan perdebatan yang tiada akhir dan melupakan arti sesungguhnya dari setiap Firman yang diturunkan diberbagai penjuru bumi. Dan akhirnya mencapai klimaks pada pembenaran terhadap hanya salah satu ajaran dan menganggap bahwa ajaran lainnya yang sebenarnya sumber FirmanNya hanya satu yaitu Tuhan, sebagai sesuatu yang tidak benar. Padahal yang dicap tidak benar itu pun semuanya mengandung kebenaran akan Firman Tuhan.

Itulah Manusia.

Sangat bahagia jika mendengar ada yang menyikapi perbedaan dengan begitu indahnya. Manusia seperti inilah yang mampu menembus batasan dan benar-benar mengerti apa yang telah diamanatkan Tuhan melalui Firman-firmanNYA dan melalui utusan-utusanNya di berbagai pernjuru bumi.
Tuhan tidak pernah menciptakan perbedaan.

Sudahkah anda menembus batas perbedaan tersebut dan bersatu kembali dengan Firman-firmanNYA???

Jarak Pandang

0 comments

Kita pasti tahu sedikit banyak tentang Elang, hewan pemangsa yang mampu menerkam dalam ketepatan dan kecepatan mengagumkan. Saya mendapati bahwa ketika seekor Elang memilih area untuk memangsa, Ia akan terbang berputar beberapa kali, mengamati keadaan di sekeliling mangsanya untuk mempelajari situasi, kemudian mengambil manuver pada jarak yang cukup, lalu terbang menukik tajam dengan kecepatan 75-100 meter per-jam menerkam mangsa dengan kedua kakinya yang kuat, dan dibawanya terbang sangat tinggi.

Elang memang memiliki mata yang sungguh tajam, tapi keahliannya mempelajari situasi, memberi pemahaman kepada saya tentang karakter visioner dalam spiritualitas kepemimpinan. Elang tidak sekadar memiliki mata awas, tetapi juga kemampuan mengelola jarak pandang yang tepat untuk berhasil mendapatkan hasil optimal.
Seorang pemimpin dengan karakter visioner, diminta untuk dapat memelihara jarak pandang yang balk, agar marnpu mengarahkan semua potensi mencapai sasaran dengan sukses. Ketika pemimpin kehilangan kemampuan melihat apa yang ada di depannya, maka ia kehilangan banyak peluang dan kesempatan menemukan strategi yang tepat dalam mencapai keberhasilan. 

Kerja Keras? Bukan Kerja Pintar 

Jangan memimpin dalam semangat kerja keras, memimpinlah dalam paradigma berpikir kerja pintar. Mengusahakan dengan giat untuk tujuan yang ingin dicapai, tidak salah. Tetapi, perhatikan, itulah mengapa tak jarang, kita terhalang berbagai kendala yang menurunkan semangat, mengaburkan fokus dan bahkan menghilangkan keberhasilan. Mengapa? Karena, kita begitu terpana pada sasaran, lalu melupakan bahwa selain peluang-peluang, terdapat juga keadaan-keadaan yang memerlukan perhatian Ada beberapa potensi bahaya kegagalan yang meski kecil, tersebar di antara sasaran, yang perlu di cermat dan diketahui bagaimana menghadapinya. lnilah saat tepat, mengubah gaya kerja kita menjadi kerja pintar.

Lihat Elang. Ketika ia berputar sekali, Ia tengah memastikan mana yang akan menjadi sasarannya. Kala Elang melakukan ini, kawanan mangsanya mungkin sangat waspada dan mulai mencari ancang-ancang melarikan diri. Elang tahu persis, ia akan kehilangan sasaran, dan terbang memutari area itu dengan sedikit leblh tinggi dengan sebelumnya. Kawanan mangsa mengira, Elang tengah menyerah dan terbang menjauh, padahal ia tengah mengamati, di mana letak mangsa sasarannya, dan hal apa saja yang mungkin menghalangi tujuannya. Elang memutar sekali lagi, ingin mengunci jarak pandangnya pada mangsa dengan semua informasi bahaya yang Ia telah pelajari sebelumnya, menukik tajam, dan dengan sergap menyengkeram mangsa dengan kedua kaki serta membawa terkamannya menjauh ke angkasa, makin tinggi menuju sarangnya.

Pemimpin visioner tahu betul apa tujuan yang hendak dicapai, mengunci target itu dengan cermat. Pergi memutar untuk mempelajari semua peluang dan bahaya. Ketika benar-benar dapat dipastikan bahwa segala sesuatu telah cukup matang, mengambil langkah sigap mengambil keputusan tepat, dan melakukan tindakan strategis rnencapai tujuan. 

Dalam kepemimpinan spiritual, karakter visioner berarti memiliki jarak pandang yang tepat. Bukan saja atas tujuan apa dan bagaimana melaksanakan kepemimpinan, tetapi juga atas hal mengatur strategi pada menentukan kapan memimpin untuk melakukan tindakan nyata meraih keberhasilan.

Bawa Lebih Jauh! 

Saat menerkam mangsa, Elang tidak segera terbang rendah, tetapi terbang menjauh dan makin tinggi ke angkasa. Mengapa?  Mangsa yang diterkam, pasti terkejut dan berupaya mengelak untuk melepaskan din dan terkaman kaki Elang yang kuat mengunci. Elang tahu, jika ia lengah membiarkan mangsanya bergerak bebas, maka ia pun akan kehilangan kesempatannya. Mangsa itu dibawanya terbang meninggi, dan ketika berada makin tinggi dan tanah, mangsa yang tengah berontak mcrasakan kekuatannya makin berkurang karena keadaannya dibawa kepada kondisi di luar habitatnya. Mangsa-mangsa yang hidup di darat dan air, merasakan berada pada ketinggian tertentu di atas tanah, amat menakutkan. Ketika Elang tetap makin membawanya terbang menjauh, selain keliahan berontak dan cengkeraman, ia pasti telah lemas ketakutan karena ketinggian, dan Elang tidak mengalami perlawanan berat dan mangsanya itu. 

Pemimpin visioner tahu, ketika mencapai tujuan, ia harus membawa pencapaian itu berada makin tinggi. Setiap keberhasilan dilanjutkan dengan penetapan keberhasilan selanjutnya yang lebih tinggi dan sebelumnya. Pemimpin visioner menggunakan momentum-momentum dan memutuskan bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan keberhasilan selain menggunakan momentum untuk menanjak makin tinggi mengalahkan keadaan pencapaian awal dan memperoleh keberhasilan selanjutnya. Gunakan momentum, dan arahkan lebih jauh untuk keberhasilan selanjutnya. Jangan berhenti pada satu keberhasilan dan terbuai dengan sukses sesaat. Bawa lebih jauh untuk mencapai hash lebih lagi. 

Jangan Paksa, Jatuhkan Saja! 

Ketika Elang menerkam ikan yang tengah berenang, ia berusaha membawa pergi ikan terbang tinggi. Tetapi, arus sungai dan berat ikan besar membuat elang harus menggunakan sayapnya sebagai dayung yang menghela tubuhnya mengikuti deras air, menaikkan badannya sedikit demi sedikit. Ketika mulai terangkat, ikan bereaksi menggeliat-geliat diangkat dan habitatnya, berjuang untuk tetap hidup. Karena tidak sanggup menahan berat ikan dan kondisi arus sungai, Elang memutuskan untuk melepaskan cengkeramannya, dan ikan pun jatuh kembali masuk sungai dan pergi. Keputusan Elang, menyelamatkann dirinya dan bahaya tenggelam. 

Meski segala sesuatu telah matang direncanakan dan siap dilaksanakan, seorang pemimpin dengan karakter visioner tahu, jika lebih banyak bahaya, lebih baik berhenti dan tidak melanjutkan, sampai semua potensi masalah dapat dihindarkan dan diselesaikan. Pemimpin visioner memiliki jarak pandang yang jernih untuk baksana memutuskan berhenti, lepaskan, dan menghindarkan dan potensi kegagalan yang menghancurkan kelangsungan proses pencapaian. kita tidak perlu memaksa. Jika keadaan tidak berpihak pada kita, mengalah sebentar, dan perbaiki strategi untuk mencapai keberhasilan. Pertahankan jarak pandang, gun akan mata elang visionari kita.

Beberapa Karakter Peserta Didik

0 comments

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.


Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan

Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
  • Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
  • Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
  • Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan

Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
  • Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
  • Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
  • Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
  • Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
  • Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
  • Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
  • Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
  • Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
  • Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
  • Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
  • Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
  • Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)

Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
  • Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
  • Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
  • Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
  • Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
  • Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
  • Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
  • Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).

Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)

Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
  • Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
  • Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
  1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
  2. Anak yang biasa-biasa saja.
  3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah”.

Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:

Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)

Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)

Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)

Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.

Perkembangan kepribadian

“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitupersona yang berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.

Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), danmelainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting.“konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).

Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa
Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.

Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
  1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
  2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
  3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.

Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik  dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik

Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.

Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicaraselalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan  yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.

TIDAK ADA ORANG YANG BODOH, TIDAK ADA ORANG YANG TERNODA

1 comments

Kebodohan dan bebas dari kesalahan menggambarkan dua pokok pemikiran yang menantang. Kebodohan berbicara tentang keterbatasan dan kelambanan kemampuan intelektual. Noda berbicara tentang jati diri dan karakter seseorang.

Kebodohan terjadi karena adanya gejalah-gejalah intelektual yang dianggap belum memenuhi standart tertentu akibat terlambatnya berpikir dan mengembangkan kognitif. Pengembangan kognitif atau cara berpikir seseorang sering dipengaruhi oleh tingkatan umur seseorang, menurut para ahli psikologi perkembangan seperti Jean Piaget. Menurut penelitiannya, perkembangan kognitif anak-anak jauh berbeda karena cara berpikir mereka penuh dengan intuitif dan mempunyai imajinasi yang tinggi. Setelah dewasa, anak-anak tadi berkembang menjadi pemikir-pemikir yang mengandalkan logika, kritis dan kreatif. Pemikiran rasional dan kritis ini menjadi tanda bahwa dia sudah bebas dari kebodohan dan ancaman penipuan orang.

Selama seseorang masih berpikir secara mistis, irasional dan tidak masuk akal, selama itu juga dia dianggap belum bisa mengendalikan diri dan belum mempunyai potensi diri yang tinggi. Dia dianggap bodoh dan ketinggalan jaman. Mengapa demikian? Karena cara berpikir orang yang irasional dan tanpa kritis itu sesungguhnya ada potensi untuk ditipu.

Tetapi apabila kita kaitkan dengan agama, ada banyak pemahaman kita yang bertentangan dengan logika, tidak rasional dan sering dianggap kebodohan bagi seseorang. Ada banyak karya spiritual yang terjadi diluar pantauan logika. Apakah itu kebodohan??

Kebodohan itu suatu phenomena yang relatif. Begitu juga dengan noda. Nilai-niai ini sulit dijadikan sebagai suatu nilai mutlak, yang dapat diterapkan dalam hidup seseorang. Noda berhubungan dengan masalah moral seseorang. Moralitas seseorang bisa beraneka. Contoh, jika seseorang mau menjadi pengikut agama tertentu hanya karena takut kepada orang tuanya. Jenis orang seperti ini adalah orang yang memiliki moral yang amat rendah. Sama halnya dengan orang yang menganut agama tertentu karena takut masuk naraka.

Orang yang bermoral tinggi adalah orang yang menolak korupsi karena dia sadar bahwa uang yang diambil itu milik orang lain. Bila perlu uang peribadinya boleh dapat ia sumbangkan untuk kebahagian orang lain. Dia siap berkorban untuk orang lain, biar nyawanya sekalipun. Itulah orang yang moralnya tinggi.

Orang yang moralnya tinggi itu akan bersediamengorbankan segalanya demi kesejahteraan orang lain. Tidak ingat diri sendiri. Orang pasti menganggap ia bodoh dan sangat tidak masuk akal karena melakukan demikian. Orang ini siap menderita demi kesejahteraan orang lain. Dia mengorbankan kekayaan peribadinya sendiri untuk orang lain.

Bagaimanakah sikap kita saat ini? Jika anda yang membaca tulisan itu belum merasa seperti orang yang mempunyai moral yang tinggi di atas, jangan merasa bersalah. Kita semua bertumbuh ke arah itu sampai kita menemukan diri kita yang sebenarnya. Anda akan menjadi bodoh demi kesejahteraan orang lain. Mari kita tumbuh bersama ke arah itu!

Seni dalam Paduan Idealisme dan Komersialitas. Bagaimana?

0 comments

Anomali sebuah idealisme dalam seni. Ibarat tembok tebal yang membatasi kreativitas untuk penghambaan pada idealisme. Imajinasi liar terkekang dan ruang pikir terjajah, terintervensi. Seni selalu terasosiasi dengan kebebasan. Batasan selalu ada, selalu bisa dihindari, kita bisa berlari menjauh untuk itu. Idealisme merupakan batasan yang kita buat sendiri. Dangkal atau dalam sebuuah batasan, kita yang menyusur, kita yang mengatur.

Seni, sebuah kata yang selalu mengalami perluasan makna seiring zaman. Seolah ingin mengikuti, makna seni sudah lebih jauh berkembang dari sekedar melukis, memahat atau mencipta benda. Kompleksitas suatu masyarakat dari masa ke masa, pun berujung pada kompleksitas seni itu sendiri. Mencoret-coret dinding rumah hingga ‘skill’ bisa dianggap seni. Berbicara, mendengar hingga merasa tak kalah ingin dikategorikan sebuah seni. Tanpa batasan, tanpa kekangan, seni pun berkembang dari sebuah ekslusifitas menjadi teman sehari-hari dalam menjalani kehidupan. Seni tidak lagi di monopoli kaum tertentu. Ia pun sudah menjadi gaya dan tindakan setiap orang, berkembang dan berjalan searus kehidupan.

Namun, ironi kadangkala muncul ketika hal khusus menjadi umum. Seni pun semakin memasyarakat, semakin banyak yang merasa tindakan suatu individu bisa dikategorikan suatu seni. Seni menjadi pasaran, tidak mendalam, dan kehilangan roh nya. Estetika dari seni tidak lagi diindahkan, tidak pula dirasa menjadi hal yang sakral dalam suatu tindakan seni. Seni ‘umum’ sering berdalih bahwa “yang penting berkarya, toh kita juga ikut memajukan seni”. Karya seni yang dulu ekslusif dengan pengagungan tinggi pun terberai dalam karya-karya pasaran. Kenapa?

Menjamur dan kian memasyarakat adalah suatu kemajuan, namun juga miris. Komersialitas seni sering menjadi kambing hitam. Dahulu, sebuah seni hanya bisa dijangkau oleh para bangsawan. Koleksi seni-seni bernilai tinggi pun berada di kandang-kandang kastil para bangsawan, dan juga menjadi pemanis koleksi museum kenegaraan. Penghargaan pada karya seni tersebut pun berharga tinggi, menggiurkan mata dari para awam seni untuk mencoba dan mencipta suatu seni. Komersialitas tinggi suatu seni merangsang orang-orang untuk mereplikasikan dirinya menjadi seniman untuk motif komersial, bukan motif estetika absolut.

Jamur pun akan hidup sehat beranak-pinak saat udara lembab, mendukung untuk tumbuh. Pun demikian seni, perkembangan teknologi membuat seni semakin mudah. Untuk siapa saja, di mana saja dan cara-cara yang semakin praktis dan murah. Alat-alat yang tidak dimiliki zaman sebelumnya, kini dengan mudah dijangkau. Bahan material untuk membuat karya pun dengan mudah di dapat. Memang teknologi semakin mempermudah segala hal, seni pun menjadi imbas dari kemajuan tersebut.
 
Yang tak kalah pentingnya dalam perkembangan seni yang semakin besar dan memasyarakat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri berkembang dari berbagai arah psikologis. Imitasi, mencontoh, ‘ingin seperti’, pengetahuan baru hingga pembuktian adalah hal-hal yang mendorang setiap orang untuk mengaktualisasikan dirinya. Seni adalah hal yang paling mudah dilakukan. Pelampiasan yang paling baik, ampuh dan bisa langsung dilihat orang lain.

Idealisme, komersialitas dan seni. Konsekuensi logis dari penggabungan dua dari 3 hal tersebut akan selalu memberi dampak. Ketika kita ingin seni selalu bermandikan idealisme, maka bisa jadi kebebasan kreativitas akan menjadi tumpul, terbatasi oleh idealisme itu sendiri. Pun berkurangnya karya seniman untuk masyarakat akan terjadi. Tak kalah buruknya pula jika kita ingin mengaduk komersialitas dan seni. Bagai lebah di kebun bunga. Seni akan semakin banyak diproduksi, namun komersialitas lah yang menjadi tujuan, estetika tak peduli.

4 Ciri Masyarakat Idaman

0 comments

Berikut ini adalah 4 ciri dari masyarakat yang kita idam-idamkan:
  1. Saling hormat
  2. Saling memakmurkan 
  3. Saling memanuhi harapan 
  4. Saling berlomba melakukan kebaikan  
 
Sikap saling hormat di sini adalah saling hormat bedasar ajaran Tuhan, yang mengutamakan kepribadian unggul (akhlak mulia) di atas segala-galanya. Ini adalah persyaratan pokok untuk menciptakan kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk (plural) dan bhineka (berbeda-beda), yang akan membuat mereka duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Sikap inilah yang akan menghapus diskriminasi kelas (pengkastaan), diskriminasi gender (jenis kelamin), dan bentuk-bentuk feodalisme secara keseluruhan. 
 
Sikap saling memakmurkan adalah dasar bagi pembentukan sistem ekonomi yang adil, yang akan membuat manusia melakukan aktifitas ekonomi (penyelenggaraan kebutuhan hidup) yang cenderung lebih memikirkan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri, sehingga setiap anggota masyarakat menjadi produktif, cenderung memberi, dan selalu memastikan manfaat dari setiap pekerjaan serta tindakannya. 
 
Sikap saling memenuhi harapan adalah landasan bagi terbangunnya sebuah masyarakat yang para anggotanya fungsional di segala bidang dan sektor kehidupan. Tidak ada orang yang mau menganggur atau berpangku tangan sambil menonton kesibukan orang lain. Tidak ada orang yang baru bekerja setelah disuruh-suruh atau didorong-dorong. Semua berlomba ‘mengaktualisasikan’ diri sebagai manusia-manusia yang berguna. 
 
Sikap saling berlomba melakukan kebaikan adalah fondasi bagi tegaknya sebuah masyarakat yang bersih dari segala bentuk kesalahan yang disengaja, lekas mengoreksi kekeliruan, dan anti melakukan tindakan-tindakan kejahatan (krimininal). 
 
Demikianlah keadaan masyarakat yang pada hakikatnya merupakan idaman kita baik sebagai warga NKRI maupun sebagai warga dunia. Itulah pula yang menjadi latar belakang lahirnya semboyan bhineka tungal ika falsafah Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945.

Bangun kemampuan Leadership Anak Dengan Outbound

0 comments

Saat weekend berlangsung anda dan keluarga tak punya kegiatan? Cobalah rencanakan kegiatan yang menarik untuk mengisi hari libur anda. Dengan outbond misalnya! Tak usah takut kotor, karena outbond sangatlah menyenangkan. Apalagi jika anda melakukan nya bersama anggota keluarga anda tercinta. Ini bisa menjadi waktu berkumpul keluarga yang menyenangkan setelah jadwal kerja yang padat setiap hari. Dan bukan hanya bisa mempererat dan saling mendekatkan anggota keluarga saja.
Dengan outbond kita juga bisa mendapatkan banyak manfaat loh! Permainan yang identik dengan permainan petualangan ini juga bagus dalam proses tumbuh dan berkembang nya buah hati anda.

Komunikasi yang efektif

Dalam seluruh permainan di arena outbond. Permainan nya banyak yang di lakukan secara berkelompok (team). Ini akan merangsang anak anda untuk bisa ikut berperan aktif secara tindakan. Maupun secara verbal dalam menyelesaikan tantangan dalam permainan. 

Rasa percaya diri

game - game ini juga bisa membangun rasa percaya diri setiap peserta. Rasa percaya diri sangatlah penting dalam kehidupan, telebih lagi untuk buah hati anda. Dan akan membantu perkembangannya dalam mengontrol emosi dan meningkatkan interaksi nya dengan orang lain. Sehingga bisa membentuk kecerdasan emosianal yang baik.

Problem solving
 
Selain bisa mencerdaskan dan membuat sang anak menjadi kreatif. Dengan outbond anak juga bisa terlatih memecahkan masalah misalnya dalam sebuah permainan teka teki ataupun permainan yang membutuhkan kekompakan tim. Ia dan rekan rekan kelompok nya akan berusaha mencari jalan keluar dan penyelesainnya bukan? 

Kepemimpinan (Leadership)

Ini yang terpenting, kepemimpinan! Merupakan gabungan dari sifat sifat yang di ajarkan dalam permainan permainan di outbond. Anak anda akan belajar bagaimana cara memimpin tim nya agar bisa menjadi tim yang terbaik. Bekerjasama dengan teman temannya, mengungkapkan gagasan yang ia miliki. Dengan begitu sang anak akan memiliki karakter yang khas. Sangat menarik bukan?

Ada banyak jenis permainan di outbond. Misalnya flying fox, dayung kayah, panjat dinding, meniti jembatan tali dan bambu, dan juga ada pamper pole! Berniat ikut outbond di akhir pekan?
   

10 Falsafah Hidup Orang Jawa

0 comments

falsafah Jawa memang seringkali dianggap petuah-petuah kuno buat sebagian besar generasi muda saat ini. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.

Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang banyak dikenal sebagai pedoman hidup orang Jawa.
  1. Urip Iku Urup, Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
  2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
  3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti  segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
  4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
  5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
  6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.
  7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
  8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
  9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
  10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna, Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

sumber: tuanmuda.us

tuanmuda.us

0 comments


Mungkin banyak orang yang gak tau tentang forum yang satu ini karena forum ini masih tergolong baru. Tuanmuda.us adalah suatu forum dunia maya yang berdiri sejak tahun 1 Agustus 2011. Ya... forum ini baru berumur beberapa bulan.

Dalam forum ini terdapat berbagai macam topik/artikel yang berisi ilmu pengetahuan, informasi dan hiburan dalam segala hal. Forum ini mempunyai slogan “Bebaskan Ekspresimu Disini !” yang bisa diartikan bahwa forum ini adalah forum yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi bagi semua membernya. Tentunya bebas yang bertanggungjawab loh......

Yang unik di forum ini adalah panggilan membernya yaitu Raden (untuk member laki2) dan Nona (untuk member perempuan). Indonesia banget kan??. Untuk sistem reputasinya, forum ini menggunakan sistem balok reputasi dimana Potion untuk reputasi baik (GRP) dan Poison untuk reputasi buruk (BRP).

Berikut saya kasih Preview dari tuanmuda.us :
[Image: HGTCO.png]

[Image: ztaRb.png]

[Image: wf32Z.png]


Jadi tunggu apa lagi, ayo gabung dengan para raden/nona TM'ers yang sudah duluan join dan mulai mencari teman-teman baru dari berbagai belahan dunia terutama Indonesia. Ayo... bebaskan ekspresimu di Tuanmuda forum..!!!

Realita Adalah Realita, Ia Selalu Jujur Apa Adanya

0 comments

Realita adalah realita. kenyataan tidak bisa direduksi dari satu sisi saja, entah itu sisi positif atau negatifnya. Orang yang hanya membicarakan realita sebagai wacana yang selalu positif adalah orang yang munafik, penjilat yang menutupi hitam-putih kenyataan. Tentu yang mereka lakukan adalah demi kepentingan. Realita tidak pernah bohong kepada manusia. Ia selalu jujur. Jujur kalau memang realita adalah ruang yang penuh dengan problem, mulai yang sederhana hingga yang paling kompleks yang susah dipecahkan. Kita tidak bisa hanya melihat realita sebagai hal-hal yang indah dan menyenangkan saja, yang seperti ini tak ubahnya dengan hanya impian. Impian yang mengafirmasi realita sekitar dengan hal-hal positif sesuai kehendak berpikir kita sebagai subjek. Juga sangat tolol orang-orang yang menganggap realita sebagai ruang kejam yang menakutkan yang didalamnya terdapat problem yang rumit dan tak terpecahkan.

Realita adalah panggung sandiwara kebaikan dan keburukan, bahkan melampaui semua itu.

Ada cinta dalam realita, ada benci juga. Ada kemarahan, ada kasih sayang. Panggung realita disediakan bagi manusia dengan berbagai kemungkinan alam pikirnya. Untuk orang tolol atau untuk orang cerdas. Memilih menjadi orang tolol atau orang cerdas adalah keputusan eksistensialis manusia. Tidak ada yang berhak menjustifikasi seseorang apakah dia tolol atau cerdas sebenarnya. Justigikasi itu adalah konstruksi sosial dari masyarakat yang terbiasa dengan kewajaran. Kewajaran tentang gaya hidup dan gaya berpikir. Realita menyediakan tempat bagi semua jenis orang dengan semua jenis gaya berpikir, tidak melulu untuk orang tolol ataupun orang cerdas. Semuanya disediakan tempat oleh realita.

Hanya saja, para pendobrak realita sering kali tidak muncul dari kalangan orang kebanyakan yang hidup dengan penuh kewajaran. Pendobrak kebenaran dalam realita senantiasa unik dan berpikir dengan cara yang tidak wajar, sebuah cara yang tidak dimiliki orang kebanyakan.

Realita tidak bisa ditutup-tutupi dengan kalimat-kalimat motifasi. Premis motifasi tidak menunjukkan kebenaran, ia hanya mengarahkan pada kehendak tertentu. menjadi kehendak kebaikan jika motifasi itu diarahkan untuk kebaikan, menjadi kehendak keburukan jika motifasi itu diarahkan untuk keburukan. Dunia sepenuhnya mengandung nilai kejujuran yang tidak bisa direduksi, namun juga tidak bisa dijelaskan apa adanya sebagai das ding an sich (meminjam istilah Kant). Dunia selalu dinilai oleh manusia dengan cara berpikir mereka menghadapi realita. Cara pandang manusia terhadap dunia tidak bisa murni 100% benar sesuai apa yang ia lihat dan dilihat orang lain. Manusia melihat dunia selalu sebagai konteks atau sebagai fragmen tertentu yang paling pas di hatinya, paling sesuai dengan yang ada dalam anggapan berpikirnya. Fragmen itu seperti kaca mata berwarna, akan hijau jika kacamatanya berwarna hijau, akan merah jika kacamata itu berwarna merah. Realita berwarna hijau jika manusia memahami dunianya dengan perspektif kacamata hijau. Demikianlah seterusnya.
Bukankah keseluruhan kenyataan memang terlalu rumit untuk dijelaskan? Tentu saja. Manusia itu terbatas pada kemampuannya memahami realita dengan kacamatanya. Kalau kita ingin menjadi manusia yang memahami kenyataan secara lebih ‘kaya’ dari orang kebanyakan (orang yang hanya menggunakan satu atau dua kacamata-perspektif), maka kita harus banyak mengoleksi kacamata dengan berbagai warna. Jujur pada dunia, berdamai dengan kehidupan. Kita hadapi kenyataan dengan sifat manusia yang sebenar-benarnya, coba pahami dunia dengan perspektif yang lebih luas, agar diri tidak terkungkung dalam sempitnya pemahaman yang diberikan satu macam kacamata warna.

Menjadi Orang Tua Bagi Manusia, Bukan Robot

0 comments

“Dilihat dari faktor kemauan untuk maju, saya mengelompokkan guru menjadi tiga jenis. Pertama, guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar, lalu pulang. Mereka hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Kedua, guru materialistis, yaitu guru yang selalu melakukan perhitungan mirip dengan aktivitas bisnis jual beli. Parahnya yang dijadikan patokan adalah hak yang mereka terima, barulah kewajiban dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima. Ketiga, gurunya manusia, yaitu guru yang memiliki keikhlasan dalam belajar dan mengajar. Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan” (Munif Chatib dalam buku “Gurunya Manusia”, Kaifa, Jakarta, 2011, halaman 64).

Saya memang menyukai bukunya Munif Chatib, karena sangat inspiratif bagi saya. Dua tulisan saya sebelumnya, semua juga mengutip dan mangambil inspirasi dari buku bang Munif, untuk saya bawa ke dalam pembahasan tentang pendidikan di dalam keluarga. Hal ini karena saya sangat meyakini bahwa perbaikan bangsa dimulai dari pendidikan, dan pendidikan dimulai dari rumah dan sekolah.

Orang Tua Robot, Orang Tua Materialistis
Ketika Munif mengelompokkan guru menjadi tiga jenis, yaitu guru robot, guru materialis dan gurunya manusia, maka dalam kehidupan keluarga, orang tuapun bisa dikelompokkan serupa itu. Orang tua adalah guru dan pendidik pertama dan utama di dalam kehidupan rumah tangga. Maka ada tipe orang tua robot, orang tua materialistis, dan orang tuanya manusia.

Orang tua robot adalah ayah dan ibu yang bertindak seperti robot, tanpa perasaan. Bekerja mekanis : ayah bekerja mencari nafkah, ibu mengurus rumah tangga. Ayah pulang kerja, masuk rumah, membaca koran, nonton TV, makan, doa dan tidur. Ibu memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, menyiapkan sarapan sebelum anak-anak berangkat sekolah, membaca tabloid, nonton sinetron, doa dan tidur.

Tidak ada kehangatan di dalam keluarga tersebut, yang ada adalah suasana formal dan sangat kaku. Tidak ada kelembutan dan membuncahnya cinta dan kasih sayang. Yang lebih tampak adalah suasana saling asing di antara suami, isteri, dan anak-anak. Mereka berinteraksi secara formal dan tidak tampak suasana keharmonisan sebuah keluarga, karena lebih dominan suasana kesibukan masing-masing anggota keluarga, seakan mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki ikatan kekeluargaan.

Ayah dan ibu tidak mengerti mengapa anaknya menangis. Ayah merasa sudah menunaikan kewajibannya, namun ternyata anak masih merajuk. Ibu merasa sudah menyiapkan keperluan sekolah anak, namun anak masih malas berangkat sekolah. Mereka tidak memahami bahasa perasaan, tidak mengerti bahasa hati, yang diketahui adalah bahasa kegiatan dan perbuatan praktis.

Orang tua materialis adalah ayah dan ibu yang selalu menjadikan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu. Sejak kecil saat anak menangis, yang terpikir adalah “ia memerlukan makanan atau mainan apa?” Begitu anak menangis, pertanyaan ibu adalah, “Mau apa nak ? Jelly, atau Chiki ?” Pertanyaan ayah adalah, “Ayo kita beli mainan, kamu pengin mainan apa?” Mereka berpikir bahwa anak akan diam jika mendapat pemenuhan materi.

Ayah merasa sudah menjadi orang tua hanya karena memberikan keperluan material bagi anak-anak. Ia bekerja mencari nafkah, agar bisa memberikan kecukupan makan, pakaian dan papan bagi keluarga. Membayar uang sekolah anak-anak, membiayai kesenangan anak-anak, membelikan handphone, laptop, pulsa, blackberry, dan seterusnya. Membayar keperluan kesehatan, membiayai keperluan rekreasi, mencukupi sarana transportasi, seperti motor, mobil dan segala asesorisnya.

Ibu merasa sudah menjadi orang tua hanya karena mencukupi keperluan sekolah dan bermain anak-anak. Ibu sudah memenuhi belanja untuk anak-anak. Memasakkan berbagai makanan yang disenangi anak. Membelikan makanan dan minuman kesukaan anak-anak. Membelikan seragam sekolah anak, membelikan buku-buku pelajaran anak. Mengajak anak-anak untuk mengikuti berbagai kursus dan bimbingan belajar.

Orang Tuanya Manusia
Sedangkan orang tuanya manusia adalah ayah dan ibu yang terus menerus berusaha untuk mendidik anak dengan sepenuh hati. Selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak, selalu berusaha menyayangi anak dan mengarahkan mereka menuju kebaikan. Orang tua yang selalu belajar dan meningkatkan kapasitas diri agar menjadi ayah dan ibu yang unggul dan tangguh dalam mendidik dan membersamai proses tumbuh kembang anak-anak.

Ketika anak menangis, orang tua memahami bahwa yang diperlukan adalah perhatian dan kasih sayang. Ketika anak merajuk, orang tua memahami bahwa yang diperlukan adalah sentuhan hati dari ayah dan ibu, bukan sentuhan materi. Orang tuanya manusia memahami bahwa ada kewajiban yang tidak sekedar materi, lebih dari itu orang tua harus memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, percontohan moral, dan dukungan amal.

Orang tuanya manusia merasakan dengan hati, menyapa penuh kelembutan, mendorong penuh motivasi, menyentuh dengan perasaan. Ayah dan ibu yang selalu berusaha memberikan ketaladanan dalam kehidupan, selalu berusaha mencetak generasi yang mengerti dan komitmen terhadap nilai-nilai. Ayah dan ibu yang mengerti bahwa mereka memiliki kewajiban mengarahkan segenap potensi anak-anak menuju kehidupan yang penuh berkah, kebahagiaan dan keberhasilan.

Karena anak-anak yang kita lahirkan adalah manusia dengan segala potensi yang utuh, maka kita tidak boleh menjadikan mereka sebagai robot, tidak boleh pula menggunakan pendekatan materialistis dalam berinteraksi dengan anak-anak. Harus melakukan pendekatan dari hati ke hati, dengan perasaan, dengan bahasa jiwa. Hanya orang tua yang sadar akan kelengkapan potensi anak-anak ini yang akan bisa menghantarkan mereka menuju gerbang keberhasilannya.

Konsekuensi logisnya adalah, orang tua seperti ini harus selalu rela belajar, rela meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dirinya agar selalu bisa melakukan hal yang tepat dan memberikan hal terbaik bagi anak-anaknya. Mereka selalu belajar, mencari ilmu, pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi upaya mendidik anak-anak. Orang tua humanis seperti inilah yang akan bisa menjadikan anak-anak yang sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Semoga kita bisa menjadi orang tuanya manusia, karena anak-anak kita adalah manusia dengan segala potensi yang utuh.

Hidup Itu Memilih

0 comments

Apa target kamu dalam menjalani kehidupan? menjadi orang pinterkah?, orang kayakah? orang baikkah? orang bodohkah?, orang miskinkah?, orang jahatkah?

Semua pasti akan memenuhi targetnya masing-masing sesuai dengan kemampuan masing- masing pula.
namun masalahnya, tidak ada orang yang disebut baik, pinter, dan kaya jika tidak ada orang yang disebut bodoh, miskin, jahat.

Nah, disitu target kita untuk memilih menjadi orang yang mana, namun bukan berarti orang yang disebut bodoh, miskin, dan jahat tidak bisa memilih.

Orang-orang tersebut harus berusaha dan belajar dan berperilaku lebih lagi agar bisa menjadi orang yang disebut sebaliknya.

Semua itu bisa terjadi hanya jika ada pilihan, sebagai contoh, jika ada orang yang mengajarkan ketidakbergunaan, berarti dia memilih untuk menjadi orang yang tidak baik dan seterusnya.

Tetapi jika kita sudah mempunyai kriteria berhasil tersebut bukan berarti kita bisa memanfaatkan orang yang mempunyai kriteria sebaliknya, tetapi kita malah harus bekerjasama, walaupun masing- masing mendapatkan hasilnya berbeda sesuai pilihannya

Jika semua orang memenuhi kriteria yang bagus semua, maka keseimbangan itu tidak akan terjadi
itulah yang dinamakan dinamika hidup dalam keseimbangan hidup.

Jalu apa yang akan terjadi, jika pilihan pad diri sendiri itu mengandung unsur yang negatif dan positif, itu dinamakan piihan yang tidak stabil.

Lalu jangan berpikiran bahwa pilihan negatif akan membawa kenikmatan, karena disitu akan ada peranan hukum dan kewenangan Tuhan YME, agar tidak terjadi kebar-baran hidup.

Pilih yang manakah anda?

Membaca Tidak Efektif Tanpa Menulis

1 comments

Saya jadi ingat potongan lagu anak-anak yang sering dinyanyikan dahulu :

“.. Berhitung, menulis, membaca. Tak lupa diulang di rumah. Ingin akupun demikian, seperti Ruri abangku.”

Saat ini anak saya yang berusia 5,5 tahun, duduk di tahun pertama sekolah dasar sedang mengalami masa awal belajar yang ‘beneran’ di sekolahnya. Dalam catatan guru sebelum liburan kemarin, para orangtua diharapkan membantu anak-anak untuk matang berhitung 1-20 dan mengenalkan konsep dasar tambah dan kurang. Selain itu kami juga diminta untuk menekankan latihan baca-tulis agar anak bisa mencapai harapan lancar membaca sebelum naik kelas.

Anak saya sangat berminat membaca. Di bulan pertama saya sering latih dia membaca kata-kata pendek yang dibekali oleh guru kelas. Pendekatan membaca dengan peka pada bunyi cukup membantu anak saya untuk menggabungkan huruf. Ada yang bilang ini pendekatan fonetik. Bahwa setiap huruf punya bunyinya. Apa yang terdengar, itulah yang tertulis. Namun rupanya saya melakukan kesalahan fatal ketika tidak membarengi kegiatan membaca ini dengan aktivitas menulis yang juga intens.

Karena sesungguhnya ada beberapa kata yang tidak terlalu simpel peluruhan bunyinya. Dengan sering membaca dibarengi menulis, anak terbiasa mengenal bentuk kata juga. Kegiatan mengenal bunyi dan bentuk kata sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak bayi. Setelah anak mahir menulis, bentuk dan bunyi itu menjadi konkrit dari pengalaman dia menorehkan sendiri ‘gambar’nya.

Dari sekedar menuliskan kata per kata, mengajak anak menulis kalimat juga sangat menolongnya mengerti makna kata. Karena walaupun ia lancar membaca, bisa jadi itu hanya manifestasi kelancarannya menggabungkan bunyi, mengingat bentuk katanya atau gabungan keduanya.

Kegiatan kita, para dewasa yang gemar membaca dan menulis, yang kemudian menjadi tontonan lazim bagi anak-anak juga memotivasi mereka untuk ikut membaca dan menulis. Anak saya sangat penasaran untuk bisa membaca karena saya dan suami menghabiskan waktu di perjalanan dengan membaca. Setiap malam ‘mantengin’ komputer, membaca banyak teks, tak tik di keyboard sambil sesekali mencatat di kertas. Mungkin baginya kegiatan itu terlihat begitu mengasyikkan sampai kami kadang-kadang mengacuhkannya! Jadi ia ingin sekali merasakan rasa asyiknya.

Mengenai menulis, dari hasil pengamatan anak saya yang ada 3 orang ini, si kecil yang belum dua tahun mulai belajar membuat oret-oretan. Si tiga tahun sedang memperlancar mewarnai dengan ’sempurna’, tidak keluar garis, membuat lingkaran utuh, membuat bentuk-bentuk, sambil belajar menulis namanya. Si besar sejak 4 tahun sudah percaya diri menulis namanya dengan ejaan yang benar. Jika saat itu saya mulai ajak agar terbiasa menuliskan kata lain (tanpa mencontoh) mungkin saat ini ia lebih lancar membaca dan menulisnya.

Tapi konon sebagai orangtua kita juga tidak boleh memaksakan dan harus menyesuaikan dengan kesiapan anak tersebut. Tanggung jawab kita adalah memberi lingkungan yang kondusif baginya untuk memaksimalkan setiap tahapan pertumbuhan. Sekarang saya baru sadar tentang pentingnya menulis. Baru sebentar saja saya belikan alat tulis yang lucu dengan buku serbaguna (boleh digambar, boleh ditulis, boleh digunting), sekarang si besar dan tengah mulai sering menulis. Bahkan si besar menenteng buku dan pensilnya kemanapun pergi dan menuliskan kata-kata yang dia lihat. Terasa signifikan kemampuannya memaknai kata sekarang.

Saya jadi berfikir, kalau efek membaca diimbangi dengan menulis pada anak sekecil itu saja bisa begitu besar, apalagi bagi orang dewasa. Jadi marilah kita lebih sering menulis. Ketika menulis, otak kita ‘olahraga’, kitapun jadi lebih mengerti apa yang kita fikirkan sebelumnya. Kata dosen saya dulu, saat menulis jangan langsung diedit dan rendah diri bahwa tulisan itu tidak perlu atau tidak bagus. Yang penting keluarkan dulu apa yang terfikir. Menulis jurnal harian saja (untuk konsumsi pribadi) juga sudah cukup sebagai langkah awal.

Yuk sering-sering menulis!

oleh finaisme