Mengapa Berani Memulai

0 comments

Ketika kita menengok ke belakang, mengapa kita sukses saat ini! Mungkin kita akan berpikir juga, mengapa kita bisa sukses? Kapan kita memulainya, hingga kita sukses!

Ketika kita sudah berkeluarga, sering kita bernostalgia! Kenapa keluarga kita sebahagia ini! Kenapa kita seperti ini! Ya…kita bisa lanjut, dulu kenapa ya kita berani memulainya? Modal apa yang kita punya?

Dua contoh tersebut dapat kita gunakan untuk kita merefleksi diri! Benarkah kita ini pemberani? Benarkah kita ini seorang “Champion”? Benarkah kita ini seorang pemimpin? Benarkah kita ini seorang “Teladan”? Ataukah kita ini seorang “Inspirator”? Atau kita ini hanya seorang “Pecundang”?

Contoh lain: Kevin di film Home Alone I, Kevin berani menyepak mesin cuci karena merasa itu jalan satu-satunya membuktikan mesin cuci bukanlah monster. Demikian pula sang kakek yang berhasil menemui anak dan cucunya, ia berani karena memiliki keinginan kuat, setelah diajari oleh Kevin untuk Berani Mencoba!

Semua keadaan ini memang tidak terlepas dari apa yang pernah kita mulai, dari mana kita memulai, kapan kita memulai, siapa partner atau inspirtator ini semua, mengapa kita berani memulai dan bagaimana dulu kita memulai!

Komitmen!
Keadaan ini ada karena permulaan masa lalu yang sementara waktu sering kita lupakan, akibatnya kita juga lupa sebenarnya kita ini siapa? Bagaimana keadaan kita waktu itu?

Contoh 1: Ada seorang pemuda yang tanpa modal materi berani menikahi seorang gadis anak orang berada! Ia hanya berbekal komitmen mereka berdua, bukan cinta membara anak muda, tetapi banyak pasangan yang seperti ini dapat mempertahankan perkawinannya selama 24 tahun, meskipun mungkin dalam keadaan/keutuhan keluarga yang compang-camping! Namun komitmen inilah yang mengikat mereka menjadi sekuat ini!

Contoh 2: Ada sepasang kekasih dengan modal saling mencintai (bahkan melebihi dosis), modal ekonomi berlimpah, modal dukungan kedua orang tua dan saudara, modal jaminan masa depan! Tetapi, ternyata modal luar biasa itu tak cukup mempertahankan mahligai keluarga selama lebih dari 10 tahun! Bahkan banyak yang telah rontoh hanya dalam hitungan tahun. Lihat para artis dan anak para konglomerat, betapa demonstratifnya cinta mereka seperti Romi dan Yuli dengan dana keuangan tak terhitung…tetapi hancur juga! Mengapa!

Contoh 1 dan contoh 2 hanya dibedakan oleh satu hal, yaitu komitmen. Komitmen menyebabkan pasangan itu rela menderita, tidak mementingkan ego tetapi mementingkan tujuan mereka berkeluarga. Jika tujuan mereka memperoleh keturunan, maka ia akan memperjuangkan keturunan mereka!

Memulai!
Bagaimana jika kita tarik pada perikehidupan siswa atau mahasiswa! Apakah mereka memiliki komitmen belajar? Apakah benar mereka belajar/kuliah berdasar komitmen membangun masa depannya? Menguasai ilmu? Ataukah hanya sekedar nilai, lulus, melamar pekerjaan, bekerja, menikah, memiliki anak….wah datar sekali! Mereka hidup tanpa dinamika, ia hanyalah manusia yang mengikuti arus air mengalir, ia tak bisa menciptakan hentakan-hentakan, momentum-momentum yang menjadikan hidup adalah dinamis dan hidup menjadi lebih hidup dan bervariasi!

Contoh 3: Adakah seorang perempuan atau lelaki berani menyatakan cinta tanpa sebab? Tidak bukan? Paling tidak selama masa penjajagan dan bergaul, tentu terdapat signal-signal atau tanda-tanda, atau karena geer, atau terlalu pede, atau dijebak, atau dipermainkan, atau dipancing…yang jelas ada sesuatu permulaan yang membuat orang yakin untuk melangkah!
Contoh 4: Siswa/mahasiswa memulai belajar? Apakah dari komitmen ataukah dari stimuli teman, orang tua, cita-cita, atau tersulut oleh sebuah dealisme….ya yang jelas pasti ada permulaan dan tidak mungkin seseorang memulai tanpa sebab.

Permulaan
Jangan salahkan siapa pun, jika terjadi proses memulai, karena ada permulaan dan permulaan terpantik oleh salah satu sebab. Mungkin tumbuhn ya keyakinan, ditemukannya sebuah jalan, munculnya keinginan berdasar pengalan, mungkin karena ada inspirasi sukses seseorang, mungkin kebuah need . Dalam belajar munculnya N ach atau Need for Achievment, kebutuhan akan prestasi dan muncunya harga diri, munculnya kebutuhan rasa aman, atau mungkin yang 

lebih tinggi keinginanan mewujudkan siapa dirinya!
Sebaliknya, mengapa anak tiba-tiba menjadi malas, tiba-tiba menghentikan proses belajar. Maka sebaliknya, mungkin hilangnya inspirasi belajar, hilangnya kebutuhan berprestasi, hilangnya harapan, hilangnya daya dorong, dan sebagainya!

Keyakinan
Keyakinan memiliki peran penting menjadi pemicu dan pemacu atau pembunuh sekaligus pengakhir prosesesi sesuatu. Pelajar belajar karena terinsp[irasi oelh gurunya yang pandai mengidentifikasi sebuah kesuksesan. Keyakinan bahwa ia mampu meraihnya, mampu menjadi sesuatu. Sebaliknya jika inspirasi dan keyakinan diri hilang, maka hilang pula permulaan yang telah mereka mulai. Dan tidak mudah memulai kembali dari start yang kemudian berhenti!.

Tidak mudah menjadi Susno Duaji yang berani menjadi pemula pembukan kasus korupsi, meski pun ia menjadi korban!

Tidak mudah menjadi Columbus yang memulai pertamakali mengelilingi bumi dengan melawan arah! Tidak mudah menjadi perintis, tidak mudah menjadi pelopor, tidak mudah menjadi pemula!

Tidak mudah pemuda berani menyatakan cintanya! Kalau ia tidak memiliki keyakinan yang muncul dari stimuli, pancingan, atau sinyal-sinyal dari sang wanita bakal menerima! Keyakinan adalah kunci!

Maka, jangan salahkan mereka, paling tidak mereka telah memulai! Mengapa ia memulai, karena mereka memiliki keberanian!

Keberanian
Tidak banyak kita temui manusia pemberani. Karena kebanyakan adalah penumpang-penumpang gelap kesuksesan! Berapa orang yang berani menjadi calon Bupati? Yang banyak adalah calon wakil bupati! Berapa banyak calon Presiden, yang banyak bakal calon wakil presiden….(mungkin modalnya kecil).

Berani bercita-cita, berani mengambil resiko, berani mencoba, berani gagal, berani malu, berani menderita, berani mendapat malu, berani………………..memulai!

Mari kita pupuk keberan ian, minimal melatih keberanian pada diri sendiri! Apakah Anda takut, itu wajar! Karena kita adalah manusia normal yang memiliki rasa takut, tetapi PERSOALANNYA BUKAN RASA TAKUT, TETAPI BAGAIMANA MENGALAHKAN RASA TAKUT!

Cobalah, paling-paling Cuma gagal…………………………! dan ini resiko keberanian berbuat!

Jadi, mengapa berani memulai…………………………….mungkin….karena sudah tidak takut, memiliki keyakinan, mendapat tanda-tanda keberhasilan, siap gagal, siap malu, siap dipermalukan oleh anak kecil, siap sukses,….atau hanya mencoba-coba……………….masih banyak alasan mengapa kita memulai…………………..karena kita memulai!

Nasihat dari Angin

0 comments

Alkisah, ada cerita seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga angin gede, yaitu
- Angin Topan,
- Tornado dan
- Angin Bahorok.

Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik.
Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik.
Angin Bahorok senyum ngeledek, 15 detik juga jatuh tuh monyet.

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengnya, Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah.

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss… Wuuusss…
Dia tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh monyet.
Angin Tornado nyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-jatuh. Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa.

Ngga lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Diketawain sama tiga angin itu. Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil.

Nggak banyak omong, Angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss… Enak banget. Adem… Seger… Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama ketiduran dia. Lepas pegangannya. Jatuh deh tuh si monyet.

Dari kisah diatas yang bisa kita ambil adalah:

Boleh jadi ketika kita Diuji dengan KESUSAHAN… Dicoba dengan Penderitaan… Didera Malapetaka… Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya…

Tapi jika kita diuji dengan KENIKMATAN… KESENANGAN… KELIMPAHAN… Biasanya kita mudah terlena dan terlupa, dan saat itulah kita mudah jatuh dan menjauh dari sang Pencipta..! Berhati-hatilah dan berjaga2lah..!

Pengaruh Warna dalam Ruang Terhadap Kondisi Fisik dan Psikologis Manusia

2 comments

Keberadaan warna di alam telah terbukti memberikan pengaruh pada semua makhluk hidup yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, warna merah dan biru adalah dua warna yang paling optimal dalam mempercepat laju fotosintesis pada tumbuhan. Pada hewan, warna membantu membedakan bahan makanan mentah atau matang (buah matang berwarna merah sementara yang masih mentah berwarna hijau).
Secara umum, warna dapat didefinisikan sebagai suatu spektrum yang terdapat di dalam cahaya, di mana identitas dari warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Isaac Newton telah berhasil mendemonstrasikan pergerakan warna dalam bentuk gelombang melalui percobaannya menggunakan sebuah prisma kaca. Saat ia menyinari sebuah prisma kaca dengan cahaya putih, panjang gelombang yang berbeda dibiaskan dengan sudut yang berbeda. Hal ini memungkinkan Newton melihat warna pelangi (spektrum). Ketika cahaya menghantam sebuah objek berwarna, objek tersebut hanya akan menyerap panjang gelombang yang sesuai dengan struktur atomiknya sendiri, kemudian memantulkan gelombang lain yang tidak sesuai. Pantulan inilah yang kemudian ditangkap oleh mata. Dalam retina, gelombang warna akan diubah menjadi sebuah impuls elektrik yang dikirimkan ke hipotalamus, bagian pada otak yang mengatur kerja hormon dan sistem endokrin. Setelah melalui proses ini, tubuh kita akan beradaptasi dengan gelombang warna tersebut.
Selain berpengaruh pada reaksi biologis makhluk hidup, warna juga memberi berbagai pengaruh pada kondisi psikologis manusia. Menurut Hartini (2007), warna memiliki berbagai karakteristik energi yang berbeda – beda apabila diaplikasikan pada tubuh. Pembelajaran mengenai pengaruh warna terhadap perilaku, emosi dan fisik manusia ini dikenal dengan sebutan psikologi warna.
 Psikologi warna banyak diterapkan dalam perancangan interior suatu ruangan. Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan bahwa penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor penting penentu kesuksesan suatu proyek (1997 : 1).  Pemilihan warna yang salah dalam suatu ruangan, dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang – orang dengan kebutuhan khusus, seperti  penderita cacat mental atau autisme.  Bagi para penderita autisme, pemilihan warna dalam ruangan harus diperhatikan secara jeli. Pemilihan warna dalam ruang ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, seperti kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan hangat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih warna – warna pastel yang lembut dengan intensitas rendah. Warna – warna gelap dalam sebuah ruangan, akan menimbulkan perasaan takut dan bahkan depresi.
Setiap warna memiliki potensi untuk memberikan efek yang positif maupun negatif pada seseorang. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang akan mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan dari ketiganya dalam diri manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh warna terhadap manusia :
1.      Warna merah merupakan warna yang cukup dominan. Penggunaan warna ini pada suatu objek seringkali membuat objek tersebut tampak lebih dekat dari sebenarnya, sehingga mata kita cenderung lebih cepat mengidentifikasi warna merah dalam suatu ruangan. Warna merah memiliki pengaruh besar pada mood pria, karena warna ini menciptakan reaksi yang emosional. Selain itu, warna merah juga banyak mempengaruhi manusia secara fisik seperti meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan, warna ini juga sering dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan[1], contohnya dalam pengobatan penyakit anemia, tekanan darah rendah atau penyakit kulit . Walaupun dapat memberikan suasana hangat dalam ruangan, warna ini cenderung meningkatkan agresivitas seseorang.
2.      Warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan. Warna ini seringkali diasosiasikan dengan warna langit atau lautan, juga dianggap sebagai warna favorit dunia karena efeknya yang membawa perasaan damai. Warna biru pekat akan menstimulasi pemikiran yang jernih, sementara warna biru muda akan membantu meningkatkan konsentrasi. Warna ini sangat baik dipakai untuk mengatasi sakit tenggorokan, asma ataupun migren.
Di sisi lain, penggunaan warna biru pada ruangan secara berlebihan dapat menimbulkan kesan dingin dan tidak bersahabat, bahkan terkadang membawa perasaan sedih atau depresi.
3.      Warna kuning menimbulkan perasaan ceria dan optimis. Warna ini banyak mempengaruhi manusia secara mental dan emosional. Penggunaan warna ini secara tepat dalam ruangan, menimbulkan kesan bersahabat dan seringkali membantu meningkatkan kreativitas seseorang. Warna ini sangat cocok dipakai untuk menetralkan rasa gugup, karena cenderung meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Walaupun demikian, penggunaan warna kuning hendaknya dikombinasikan dengan warna – warna lain, karena memiliki kecenderungan untuk memancing terjadinya perdebatan.
4.       Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan karena diasosiasikan dengan alam dan tumbuhan. Warna hijau memberikan rasa aman, juga keseimbangan dan harmoni. Warna ini cocok digunakan dalam ruangan peristirahatan karena membawa perasaan damai dan ketenangan. selain itu, warna ini juga dipercaya dapat memperbaiki pengelihatan seseorang. Namun demikian, terlalu banyak warna hijau dalam suatu ruangan dapat menimbulkan kebosanan.
5.      Warna oranye merupakan hasil pencampuran warna merah dan kuning. Dengan adanya kombinasi dua warna tersebut, warna oranye mempengaruhi manusia baik secara fisik maupun mental. Warna oranye dapat meningkatkan nafsu makan dan memberikan kenyamanan, sehingga sangat cocok digunakan di ruang makan atau ruang keluarga. Selain itu, warna ini membawa perasaan hangat dan menyenangkan. Dalam terapi pengobatan, warna oranye dipakai untuk mengatasi kelainan ginjal atau paru – paru, juga mengobati bronkhitis. Dampak negatif dari penggunaan warna ini secara berlebihan adalah menyebabkan berkurangnya tingkat keseriusan dalam belajar atau bekerja.
6.      Warna hitam memberikan kesan yang glamor dan elegan. Selain itu, warna ini juga menciptakan suasana yang cenderung serius dalam suatu ruangan. Warna hitam juga sering dipakai untuk menekan nafsu makan yang berlebihan, misalnya dengan cara melapisi meja dengan taplak berwarna hitam. Dalam konotasi yang negatif, warna ini menimbulkan ketakutan akan gelap atau perasaan tidak aman.
7.      Warna putih melambangkan kemurnian atau kesucian. Warna ini banyak digunakan di rumah sakit karena memberikan kesan higienis dan steril. Secara visual, penggunaan warna ini pada suatu ruangan akan memberikan ilusi bahwa ruangan tersebut lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Penggunaan warna putih secara berlebihan cenderung memberi kesan tidak ramah.
8.      Warna merah muda merupakan hasil pencampuran warna merah dan putih. Warna ini melambangkan sifat yang feminim dan memberikan kesan santai. Namun faktanya, warna ini juga seringkali membuat orang merasa lesu dan kurang bersemangat. Dampak negatif dari warna merah muda ini sering dimanfaatkan dalam bidang olahraga. Dalam sebuah pertandingan, seringkali warna merah muda digunakan dalam ruang ganti lawan dengan tujuan untuk menekan semangat dari tim lawan.
9.      Warna cokelat terdiri dari warna merah, kuning dan hitam. Sama seperti warna hitam, cokelat juga menimbulkan kesan yang serius, tetapi warna cokelat lebih menonjolkan sisi lembut dan kehangatan.
10.  Warna ungu memberikan kesan mewah dan seringkali dikaitkan dengan kerohanian. Warna ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan perenungan atau meditasi. Selain itu, warna ini juga sering digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri seseorang dan mengurangi rasa putus asa.
Selain warna – warna spesifik (hue)[2] yang telah disebutkan di atas, dimensi warna yang lain seperti intensitas ( chroma)[3], value[4],dan temperatur warna juga turut berperan dalam mempengaruhi kondisi psikologis manusia. Komposisi warna dengan value yang kontras akan meningkatkan ketelitian dan objektivitas. Sementara komposisi warna – warna gelap akan menimbulkan kesan yang misterius atau rasa takut. Warna – warna dengan intensitas yang tinggi terlihat menarik dan memicu terjadinya aktivitas.
Selain terbagi atas warna primer, sekunder dan tersier, warna juga digolongkan sesuai dengan ‘temperaturnya’. Komposisi dari warna yang bersifat dingin (cool colors) seperti biru, menimbulkan perasaan tenang dan damai, tetapi juga dapat menimbulkan kesedihan. Sementara itu, komposisi warna – warna hangat (warm colors) seperti merah atau oranye menimbulkan perasaan nyaman dan gembira.
    “Berdasarkan pengamatan yang cukup kuat, ditemukan bahwa pembagian spektrum ke warna – warna hangat maupun dingin memiliki makna yang sangat jelas dan sederhana dengan referensi kepribadian manusia.Memang, meskipun simpulan yang didapat sebagian besar bersifat empiris, warna hangat dan dingin memiliki kualitas yang dinamis, kehangatan menandakan interaksi dengan lingkungan, kesejukan menandakan penarikan diri ke dalam pemikiran.”(Birren, 1955)
T
he rather strong observation is to be made that division of the spectrum into warm and cool colors holds very evident and simple meaning with reference to human personality. Indeed, though the conclusion may be largely empirical, warmth and coolness in color are dynamic qualities, warmth signifying contact with environment, coolness signifying withdrawal into oneself of thought or deliberation.
     Walaupun manusia cenderung merespon warna dengan cara yang sama, namun efek psikologis yang dialami setiap orang karena pengaruh warna tidak mutlak sama persis.
      “ Penjelasan mengenai fenomena psikologis dan fisik tidak selalu mudah – dan memang tidak penting. Dalam diri manusia, terdapat banyak hal aneh dan misteri yang tidak dapat dijelaskan  berkaitan dengan warna.” (Birren, 2010 : 199).
(Explanation on psychological and physical phenomena are not always easy – and indeed unnecessary. There are in man many strange and inexplicable mysteries regarding color) Perbedaan respon yang diberikan manusia ini disebabkan karena berbagai faktor, seperti beragamnya tingkat pengelihatan yang dimiliki setiap orang. Selain itu, latar belakang budaya yang berbeda juga seringkali menjadi penyebab keberagaman respon manusia. Kebudayaan seringkali mempengaruhi persepsi seseorang terhadap warna – warna tertentu. Contohnya, warna putih yang sering diasosiasikan dengan kesucian, dalam kebudayaan Barat banyak digunakan dalam upacara pernikahan. Sementara itu, dalam kebudayaan di Asia, warna lambang kesucian ini digunakan sebagai simbol kematian. Selain faktor – faktor tersebut, pengalaman seseorang juga menjadi aspek pertimbangan penting dalam pemilihan warna ruangan. Beberapa warna mungkin diasosiasikan dengan memori atau pengalaman di masa lalu (misalnya, warna hijau mengingatkan seseorang tentang kampung halamannya).      
Daftar Pustaka
         Birren, Faber. 2010. Color Psychology and Color Theraphy : A Factual Study of the Influence of Color on Human Life .Whitefish. Kessinger Publishing L.L.C.
         Pile, John.1997. Color in Interior Design. McGraw-Hill Profesional.
         ‘Terapi Warna untuk Penyembuhan’, Conectique. http://www.conectique.com/tips_solution/health/tips/article.
         Rohrer, Ken (2011) ‘Color Symbolism and Culture’, Incredible Art Departmen.
http://www.princetonol.com/groups/iad/lessons/middle/color2.htm
         Wright, Angela (2008) ‘Psychological Properties of Colours’, Colour Affects.
www.colour-affects.co.uk/psyprop.htm

[1] Faber Birren, Color Psychology and Color Theraphy : A Factual Study of the Influence of Color on Human Life (Whitefish : Kessinger Publishing L.L.C, 2010),hal.35-36.

[2] Dimensi dasar dari warna, yang ditampilkan tanpa adanya pencampuran warna hitam, putih, atau abu – abu.

[3] Ukuran kemurnian atau kecerahan suatu warna.

[4] Tingkat kegelapan atau keterangan suatu warna. Biasanya diperoleh dengan cara menambahkan warna hitam ataupun putih. Contohnya warna merah muda yang merupakan value  terang dari warna merah.

Ketidakpastian dan Peluang

0 comments

Hampir semua dari kita pasti lebih suka terhadap hal yang pasti-pasti karena dengan demikian kita akan merasa lebih aman. Perasaan “aman” itu sendiri merupakan kebutuhan dasar kedua.
Menurut ahli motivasi Maslow kebutuhan dasar pertama atau kebutuhan paling mendasar adalah kebutuhan bukan hanya untuk hidup, tetapi juga kebutuhan untuk bisa survive: makan, air, udara, dan seks. Seks merupakan kebutuhan untuk meneruskan kehidupan, bukan melulu penyaluran nafsu badaniah! Jadi, keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang pasti-pasti juga merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan utama manusia dalam kehidupan.

Dengan mempunyai keinginan tersebut sebetulnya kita berhadapan dengan paradoks karena kehidupan kita sehari-hari sendiri sudah penuh ketidak-pastian. Setiap kali bangun pagi, kita sudah menghadapi dunia yang penuh ketidak-pastian. Kita memang sudah membuat berbagai perencanaan, tetapi dapatkah (atau: beranikah) kita memastikan bahwa apa yang sudah terencana tersebut pasti 100 peren terlaksana sesuai dengan rencana yang sudah dibuat?

Mungkin komputer kita tiba-tiba disusupi virus. Atau anak kita yang segar-bugar ketahuan menderita sakit. Cek yang kita terima ternyata dananya kosong. Harga saham yang diperkirakan naik, eh, kok ya malah jadi turun. Rasa optimisme yang sudah kita bangun karena kita sudah demikian teliti menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan, mungkin saja tiba-tiba menjadi berantakan karena ada hal di luar dugaan yang menghantamnya. Apakah ketidak-pastian semacam itu membuat kita menjadi takut menghadapi masa depan?

Sebaiknya hal yang dapat menimbulkan pesimisme semacam itu dilihat dari sudut pandang lain: adanya ketidak-pastian semacam itu sebetulnya malah merupakan kemungkinan terjadinya berbagai hal lain. Bila ada kepastian, berarti hanya ada satu kemungkinan saja yang pasti terjadi dan pasti tidak akan ada kemungkinan lain yang akan terjadi. Sedang kalau tidak jelas (atau tidak pasti) apa yang akan terjadi, berarti yang mungkin akan terjadi ada banyak hal. Betul, kan?

Peluang
Memang, untuk mereka yang jeli dan dapat mengendalikan keadaan, kondisi ketidakpastian malah akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari kondisi ketidakpastian itu akan dapat dicari berbagai peluang untuk diwujudkan menjadi hal-hal yang memuaskan.
Banyak orang yang beranggapan bahwa peluang yang baik hanyalah dimiliki oleh mereka yang berada “di depan” atau yang pertama kali mengenal peluang tersebut. Kita cenderung percaya bahwa mereka yang sudah melakukan suatu hal lebih dulu akan lebih beruntung disbanding dengan yang “datang belakangan” dan melakukan hal sama.
Harus diingat bahwa Stephen Covey, pakar yang mengemukakan tentang tujuh kebiasaan manusia yang amat efektif, memperkenalkan kita kepada “ciptaan pertama” dan “ciptaan kedua”.

Ciptaan pertama adalah bentuk ketika suatu hal diciptakan atau dibentuk pertama kali, sedangkan ciptaan kedua adalah ketika hal itu dibentuk untuk waktu berikutnya. Jelas yang terakhir merupakan perbaikan disbanding dengan ciptaan pertama karena pasti sudah ada perbaikan sebagai hasil pengamatan pada kelemahan ciptaan pertama ditambah hal-hal yang diperkirakan merupakan perbaikan dari bentuk sebelumnya.

Contoh yang jelas adalah perkembangan bentuk dan fitur peralatan (TV, komputer, HP dan semacamnya), setiap kali selalu lebih baik disbanding dengan sebelumnya.
Mengapa bisa demikian, tentunya model-model terakhir dibuat setelah memperhatikan kelemahan tipe sebelumnya dan berdasarkan pengalaman memakai produk tipe tersebut kemudian didapatkan hal-hal yang harus diperbaiki, yang diterapkan pada tipe atau model keluaran belakangan.

Jadi, kita tidak perlu berkecil hati bila menjadi orang kesekian yang memasuki suatu bidang. Walaupun ada pepatah: “Burung pertama akan mudah mendapat cacing” (the ealy bird cathes the worm), tetapi ada suatu lembaga pendidikan yang pernah mengiklankan diri sebagai “We are not the first, but the best !”

Peluang adalah suatu “situasi”. Setiap kali suatu situasi akan dapat berubah. Suatu hal yang yang pada satu hari muncul sebagai peluang, di hari berikutnya mungkin sudah bukan merupakan peluang lagi. Di dunia yang mempunyai banyak perubahan dan banyak kemungkinan ini, ada berbagai macam peluang yang muncul. Kita memang harus jeli untuk melihatnya, kemudian menangkap dan memprosesnya.

Yang menjadi masalah memang bagaimana kita dapat “melihat” dan menangkap peluang yang “lewat” tersebut. Hal itu membutuhkan proses belajar, sampai kita dapat “mengendus” peluang mana yang sesuai dengan kemampuan kita untuk dapat memproses selanjutnya, sehingga peluang tersebut menjadi berdaya-guna. Layaknya semua proses belajar, pasti ada tahapan-tahapan ketika kita jatuh-bangun dulu sebelum akhirnya menjadi mahir. Seperti pernah disinggung di rubrik ini, proses belajar yang baik adalah seperti proses anak belajar berjalan.

Walaupun awalnya selalu jatuh (samakanlah dengan pengalaman hidup ketika berkali-kali mengalami kegagalan), tetapi si anak tetap saja “ngotot” untuk bangkit lagi sampai akhirnya dapat berjalan di atas kakinya sendiri.
Hal lain yang perlu diperhatikan kalau kita menghadapi suatu peluang adalah melihat semua hal di sekeliling peluang tersebut secara menyeluruh. Banyak orang yang main tubruk saja ketika melihat suatu peluang di depannya, tanpa memperhatikan hal-hal yang mungkin menyebabkan sebaiknya kita tidak usah mengambil peluang tersebut.

Setelah satu peluang kita “tangkap”, sebelum membuahkan suatu hasil, masih saja kita harus menerapkan kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-strategi tertentu. Tidak ada peluang yang langsung membuahkan hasil begitu kita tangkap. Masih harus ada proses panjang untuk sampai ke tahapan itu.

No Where atau Now Here
Yang menarik adalah membandingkan pandangan orang yang pesimis dan yang optimis. Yang pesimis mengatakan OPPORTUNITY IS NO WHERE – tidak ada peluang di mana pun. Sedang orang optimis selalu mengatakan OPPORTUNITY IS NOW HERE, peluang itu saat ini ada di sini. No where (tidak ada di mana pun) dan now here (sekarang ada di sini) jumlah dan urutan hurufnya sama persis. Hanya saja letak huruf “w” yang menyatu dengan kata yang di depan atau yang menyatu dengan kata yang di belakanglah yang membedakan artinya.

Itu jelas berarti bahwa sudut pandang seseorang lah yang memastikan bahwa peluang, atau kesempatan, itu tidak ada di mana-mana, atau memang ada di sini. Toh bentuk peluangnya sama, tempat dan situasi yang dihadapi juga sama – hanya yang cukup jeli dan punya pengharapan (= optimis) dapat mengenalinya sebagai peluang yang harus ditangkap dan digarap, sedang yang lain tidak melihatnya sama sekali.

Begitu peluang sudah berada di dalam dekapan kita, kita tetap saja harus berusaha. Di atas sudah disinggung mengenai kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-strategi untuk mengolahnya menjadi suatu hasil yang berdaya-guna. Untuk membicarakan hal itu ada cerita yang menarik. Di suatu kerajaan, seorang raja berpikir: “Aku ini ‘kan raja. Masa iya sih, tak dapat mengusahakan cara yang paling mudah untuk mendapatkan hasil dengan segera?”

Dikumpulkannya semua kaum cerdik-pandai dari seluruh pelosok negeri untuk menemukan cara seperti yang dipikirkannya. Setelah tenggat waktu yang ditentukan, mereka menghadap dengan membawa buku setebal 100 halaman, berisi jawaban atas kemauan baginda. Raja menerima buku tersebut, tetapi tidak puas. “Gila apa, masa yang namanya cara yang paling mudah harus dicapai dengan membaca dan menghapal isi buku setebal ini? Itu namanya menyengsarakan diri! Cari cara yang lebih baik!”

Mereka berkumpul kembali, bermalam-malam membahas keinginan baginda. Akhirnya mereka mengumumkan bahwa jawabannya sudah ditemukan. Singkat, sesuai keinginan sang raja. Pada puncak acara satu pertemuan akbar yang diliput seluruh media massa dan stasiun TV (eh, emang sudah ada, ya?), diserahkanlah satu lembar kertas yang segera dibuka baginda dan dibacanya keras-keras. Isinya: “Tidak pernah ada makan siang gratis!” (diterjemahkan dari: There is no FREE lunch).

Apakah Anda setuju dengan “penemuan” para cerdik-pandai di kerajaan itu? Apakah Anda berpikir bahwa semua orang yang kita kenal: Aburizal Bakrie, Ciputra, SBY, JK, Hasyim Muzadi, Gus Dur, Rizal dan Andi Mallarangeng dengan mudah dan dengan begitu saja meraih nama besar mereka? Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka ini selalu bersusah-payah mengalahkan diri-sendiri ketika datang godaan untuk tidak bertekun, tidak berkonsentrasi terhadap sasaran yang mereka kejar?

Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka sering menghabiskan waktu 14 jam sehari untuk mencari jawab atas persoalan yang harus mereka pecahkan? Menghasilkan satu keberhasilan setelah bertubi-tubi didera kegagalan?
Untuk orang-orang seperti mereka satu kegagalan bukanlah akhir segalanya. Orang yang berhasil sealu akrab dengan kegagalan. Untuk mereka kegagalan, seperti pepatah, adalah “keberhasilan yang tertunda”. Mereka menghayati dan memahami hal itu. Satu kegagalan akan dipelajari untuk didapatkan manfaatnya sehingga dapat menjadi pelajaran untuk langkah-langkah selanjutnya.

Seorang motivator memberi perumpamaan menarik. Orang seperti mereka tidak pernah hanya duduk-duduk saja dan tidak berbuat apa-apa ketika ditimpa suatu masalah. Tuhan sudah menentukan bahwa satu-satunya jenis makhluk yang boleh duduk-duduk saja dan mendapatkan hasil maksimal hanya ada satu di dunia ini: unggas – termasuk ayam yang amat kita kenal itu (yang mengerami telur-telurnya)!

Lampu Merah dan Kesempurnaan

0 comments

Ketika kita akan pergi ke suatu tempat, entah dengan mobil, sepeda motor, atau kendaraan apapun, apakah kita menunggu sampai semua lampu hijau?

Tentu tidak.

Apakah kita juga menunggu sampai semua jalan sepi?

Tentu tidak.

Kita tentu akan terus melaju, berhenti ketika ada lampu merah, dan berjalan lagi ketika lampu hijau. Jika ada kendaraan yang menghalangi jalan, tentu kita akan mencari jalan untuk bisa melaluinya.

Ini sama seperti halnya jika ingin mencapai tujuan dalam hidup. Tidak perlu menunggu sampai semuanya sempurna.

Saat Kegagalan Terus Menerpa

0 comments


Banyak yang mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Masalahnya bagaimana jika Anda mendapatkan kegagalan terus-menerus? Sudah mencoba berkali-kali namun tetap tidak berhasil juga. Apakah ada yang salah atau sudah ditakdirkan menjadi orang gagal?

Jika Anda menganggap bahwa Anda sudah ditakdirkan menjadi orang yang gagal, artinya Anda sok tahu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, hanya Allah Yang Maha Mengetahui, kenapa kita mendahului-Nya?

Jika Anda mengatakan ada yang salah… maka jawaban Anda benar. Memang ada yang salah.

Apa kesalahan itu dan siapa yang salah?

Kegagalan Datang Karena Anda Kurang Mencoba

Anda gagal, jika Anda berhenti. Anda kurang mencoba. Anda bisa mengatakan sudah mencoba 100 kali, namun bisa jadi perlu 1.000 kali untuk berhasil. Mungkin Anda sudah berusaha selama 1 tahun, bisa jadi Anda harus menunggu 2 tahun agar bisa berhasil.

Thomas Alpha Edison melakukan 10.000 kali percobaan dalam menemukan bola lampu. Jika dia mengeluh dan berhenti mencoba setelah dia mencoba 100 kali, mungkin orang lain yang akan menjadi penemu. Seorang ahli photografi, harus memotret puluhan bahkan ratusan kali untuk menemukan hasil jepretan yang terbaik. Semuanya perlu percobaan, berulang kali, sampai Anda berhasil.

Banyak orang yang membangun bisnis, bertahun-tahun mengalami kerugian, dan dia mendapatkan untung pada tahun ke-3 atau lebih. Banyak kisah seperti ini, jika saya menuliskannya akan menjadi sebuah buku tersendiri. Intinya ialah, sering kali untuk meraih keberhasilan, memerlukan waktu yang panjang.

Jika Anda berhenti, artinya Anda memilih gagal. Atau kegagalan datang jika Anda berhenti mencoba.

Kegagalan Untuk Mereka Yang Tidak Sabar

Karena keberhasilan adalah perjalanan panjang, yang memerlukan percobaan berkali-kali, bahkan ribuan kali. Yang perlu perjalanan waktu yang panjang, maka untuk sukses kita perlu kesabaran. Sukses hanya untuk mereka yang teguh pada jalan yang benar. Mereka terus melakukan hal yang benar, tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti.

Hal ini disebabkan karena masih banyak yang berharap bahwa sukses itu instan. Saat keberhasilan tidak juga diraih maka mereka berhenti dan memutuskan untuk gagal. Memutuskan berhenti sama dengan memutuskan gagal.

Bisa saja sukses itu ada 3 langkah lagi dari tempat Anda berdiri saat ini. Saat ada keinginan untuk berhenti, ingatkanlah diri Anda: “mungkin tinggal 3 langkah lagi”.

Kegagalan Untuk Mereka Yang Kurang Ilmu

Anda tidak akan pernah berhasil, meski Anda sudah mencoba berkali-kali, jika caranya salah. Jika Anda tidak mengambil hikmah dari kegagalan masa lalu. Jika Anda tidak mengambil pelajaran dari keberhasilan orang lain. Jika Anda tidak mau belajar dari berbagai sumber. Yang Anda ketahui hanya cara yang salah. Jika Anda tidak mengubahnya, Anda tidak akan pernah berhasil.

Thomas Alpha Edison, melakukan 10.000 kali percobaan, dengan cara yang berbeda. Bukan dengan cara yang sama. Perbedaan itu bisa dari apa yang Anda lakukan atau cara Anda melakukannya. Dan, Anda akan mengetahui cara-cara lain jika Anda cukup ilmu. Belajarlah!

Perluas Horizon Anda

Kegagalan juga sering terjadi pada orang yang sempit horizonnya atau wawasannya. Dia yang membatasi diri, baik membatasi cara mencapai tujuan atau membatasi tujuannya.

Sebagai contoh, ada yang mengatakan dia telah gagal karena sudah tiga kali mencoba masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Tidak ada lagi kesempatan, katanya.

Iya, dia memang gagal masuk PTN, tetapi hidup dia belum gagal. Masih banyak peluang berhasil meski tanpa gelas dari PTN. Banyak orang yang berhasil, meski dia lulusan PTS, bahkan SMA, SMP, SD, bahkan tidak sekolah sekali pun. Jadi, jangan persempit keberhasilan hanya dengan mendefinisikannya dengan masuk PTN.

Tetaplah mencoba, bersabar, belajar, dan perluas wawasan Anda serta jangan lupa BERDOA juga. Mudah-mudahan kegagalan tidak terus menerpa Anda.

Cara Untuk Mengembangkan Rasa dan Sifat Sabar

0 comments

1. Jangan terlalu memikirkan mengenai masalah, sakit kepala dan kesakitan serta mengharapkan simpati dan perhatian daripada orang lain.

2. Terimalah hakikat bahawa lebih banyak perhatian yang anda berikan kepada perkara-perkara ini lebih teruklah keadaan anda nanti. Semua perkara akan menjadi kelam kabut dan hati anda terluka dan berasa tidak sabar kerana orang lain tidak ambil peduli.

3. Jangan fikir anda harus menunjuk kepada orang lain bahawa anda berada dalam keadaan yang betul dan dapat memenangi hati mereka dalam setiap perkara yang anda lakukan.

4. Terimalah hakikat betapa sukarnya untuk menyenangkan hati setiap orang pada setiap masa. Pastikan bahawa anda bersikap adil dan wajar dan biarkan masa menentukannya.

5. Jangan fikir anda mengetahui benar apa yang terbaik untuk orang lain.

6. Terimalah hakikat sementara anda boleh terus cuba memujuk, tetapi akan menimbulkan kesusahan untuk mengharapkan mereka melakukan apa yang anda hendakkan. Ini tentunya mencetuskan ketidaksabaran ke atas kedua-dua pihak.

7. Jangan memikirkan bahawa kerana terdapat mereka yang tidak bersetuju dengan anda, mereka bersifat tidak wajar terhadap anda.

8. Terimalah hakikat bahawa manusia berhak kepada pandangan yang dikemukakan. Anda mengharapkan mereka membenarkan anda mendapat hak yang sama itu.

9. Jangan fikirkan mengenai semua perkara buruk yang akan berlaku ke atas diri anda.

10. Terimalah keadaan bahawa setiap orang mempunyai masa rehatnya. Cuba lihat di luar daripada diri anda.

11. Bersimpati terhadap orang lain akan membantu anda bersifat lebih sabar.

12. Jangan fikirkan bahawa sifat yang tidak menentu itu (moodiness) dalam diri seseorang adalah terlalu penting.

13. Terimalah hakikat kadangkala diri kita yang baik inipun boleh mengalami sifat berubah-ubah atau tidak menentu itu. Hadapilah dengan tenang dan cubalah kawal sifat berubah-rubah diri anda itu.

14. Jangan fikir bahawa cita-clta dan apa yang anda kehendaki adalah terlalu penting.

15. Terimalah hakikat bahawa wujudnya kesulitan jika terlalu mengharapkan sesuatu perkara dalam hidup, terhadap diri anda dan orang lain. Jika anda terlalu berharap, kedukaan dan kekecewaan akan menjadikan anda sedih dan berkelakuan hilang sabar.

Renungan si Gagal

0 comments

Aku takut orang lain akan menghina diriku, jika aku menjadi diri sendiri.
Aku takut orang lain akan mentertawakanku, jika aku berani tampil beda.
Aku takut orang lain akan menganggapku gila, jika aku berani mencoba hal-hal baru.
Aku takut orang lain akan mengucilkanku, jika aku tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Aku takut orang lain akan mengejekku, jika aku gunakan caraku sendiri.
Aku takut orang lain akan menganggapku orang aneh, jika aku melakukan sesuatu yang berbeda dari cara orang kebanyakan.

Aku takut..
Aku takut…
Aku takut….
Aku takut dunia akan melemparkanku ke jurang kesepian jika aku berusaha untuk menjadi apa adanya diriku…..
Aku sangat takut…..

Oleh karena itu lebih baik aku menjadi seperti orang kebanyakan yang hanya mengharapkan upah standar dan hidup tidak neko-neko.
Tidak perlu ngambil resiko untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tidak perlu repot-repot punya impian karena impian itu hanya untuk orang yang tidak waras.
Tidak perlu susah menjalani kerasnya perjuangan mewujudkan mimpi.
Tidak perlu kelaparan makan sehari sekali demi ngumpulin modal.
Tidak perlu ngrasain pahitnya dihina karena punya impian tinggi yang orang lain tidak akan mengerti. 
Tidak perlu kurang tidur lembur tiap hari demi cita-cita yang tinggi.
Tidak perlu ini, Tidak perlu itu….

Simple aja lah, nikmati kehidupan standar, penghasilan standar, nasib standar…..
Siapa tau besok pasang togel bisa meledak dapat milyaran.
Siapa tau………

Lebih baik berdiri dipanggung bermain musik, menghibur banyak orang,………..

Tips Mengelola Emosi

0 comments

1. Ganti fokus! Apa yang kita fokuskan, itu yang berkembang. Saat kita fokus pada mengontrol ‘emosi’, tak disadari kita justru meletakan fokus pada ‘emosi’. Ini seperti pola motivasi NLP yang disebut ‘toward’ dan ‘away’. Ada yang fokus ingin ‘bahagia’, ada yang fokus tidak ingin ’susah’. Ada yang fokus ingin ‘tenang’, ada yang tidak ingin ‘meledakan emosi’. Perhatikan bahwa linguistik akan memberikan asosiasi yang mempengaruhi proses berperilaku kita secara tidak sadar.
Contoh lain, ’saya emosi’ dengan ’saya tidak bisa tenang’, memancing 2 respon dan asosiasi yang berbeda. Dalam sebuah program dengan sebuah perusahaan swasta, mereka memberikan judul ‘Anger Management’, yang saya usulkan disesuaikan judulnya menjadi ‘Happiness Enhancement’. Ganti fokus, ganti pikiran, ganti perasaan, ganti perilaku, ganti hasil! Jadi daripada fokus pada bagaimana ‘mengontrol emosi’, kita bisa memikirkan bagaimana ‘menikmati ketenangan’, atau bagaimana ‘meningkatkan kebahagiaan’. Fokus ke salah satu kutub, membuat kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang mendukung fokus kita tersebut dan akan menyebabkan berkurangnya intensitas kutub lain.

2. Berdamai dengan Emosi! Emosi bukan hal yang buruk, bahkan walau yang dimaksudkan adalah marah, kesal, frustrasi, kecewa, dan lain-lain. Di beberapa konteks kita sangat memerlukan emosi. Marah, misalnya, adalah hal yang baik di saat yang bermanfaat. Hanya saja, kadang emosi terfasilitasi di waktu, tempat, dan konteks yang kurang bermanfaat untuk kita. Untuk itu, dibanding berusaha membendungnya, kita bisa berdamai dengan emosi. Untuk ini, bisa dilakukan apa yang di NLP disebut dengan ‘Negotiating Parts’ atau bernegosiasi dengan bagian-bagian diri kita yang kita anggap muncul tidak pada konteks yang bermanfaat. Cari waktu rileks, dan saat tenang dan rileks, bicaralah dengan diri sendiri dan berdialog secara internal dengan berbagai bagian yang memunculkan emosi. Cari tahu ‘NIAT’ di balik kemunculan emosi tersebut, karena NIAT-nya pasti baik untuk kita, walau kadang ia muncul di saat yang kurang tepat. Tidak usah mengutuk kehadiran emosi. Sadari saja ia sebagai bagian diri kita, yang punya NIAT baik. Dan negosiasikan kemunculannya dalam situasi yang lebih bermanfaat untuk kita. Bawah sadar kita selalu mau bekerja sama saat kita menghormatinya dan secara spesifik tahu apa yang kita inginkan.

3. Kreasikan mood dengan sengaja! Mood memang akan muncul dengan sendirinya secara acak, kalau kita tidak dengan sengaja mengelolanya. Kita punya program dan struktur bagaimana memunculkan mood, walau kadang kita tidak sadari. Prinsipnya juga sederhana. Anda supply berbagai hal yang bisa membangkitkan mood tertentu di kepala Anda, makan mood akan timbul. Anda isikan berbagai hal yang melawan mood tersebut, maka mood-nya juga akan mundur. Anda memikirkan berbagai hal lain, selain hal-hal yang mendukung kenikmatan melakukan sesuatu, maka Anda pun merasa seolah tidak ada ‘mood’. Apalagi ada bayangan betapa menjengkelkannya atau menyusahkannya, atau betapa sulitnya melakukan hal itu. ‘Moody’ berarti membiarkan bawah sadar yang memilihkan mood untuk kita. Kadang sesuai konteksnya, kadang tidak. Kita sebut ‘angin-anginan’, karena tergantung angin bertiup kemana. Yang paling menarik adalah yang mood-nya tergantung situasi. Ini menggantungkan sekali respon pikiran dan perilaku pada stimulus dari luar. Ini seperti menyerahkan remote control pikiran kepada orang lain atau situasi. Kuncinya adalah menyadari bagaimana mood kita yang bermanfaat muncul, dan menjalankan strategi yang sama untuk memunculkannya di saat kita butuhkan. Ingin punya mood bermesraan dengan pasangan di malam hari? Pikirkan dari pagi betapa indahnya pertemuan pertama, bayangkan kenangan terindah Anda berdua, isi pikiran dengan semua bayangan bagaimana Anda jatuh cinta dan apa-apa saja yang Anda senangi dari pasangan. Setiap ada waktu, isi pikiran Anda dengan hal itu. Bila perlu, putar lagu kenangan Anda berdua. Dengan ’sengaja’ memancing mood seperti ini, Anda tidak akan kesulitan untuk mempunyai mood di malamnya. Ini contoh sebuah proses ’sengaja’ menciptakan mood. Sekali lagi, kalau kita tidak dengan ’sengaja’ menciptakan mood, maka kita tidak perlu frustrasi mood yang mana yang muncul. Toh kita sendiri tidak mau memilih, bukan?

4. Temukan atau ciptakan Anchor atau berbagai pemicu perasaan senang atau antusias untuk konteks tertentu. Ada yang sadar setiap kali mendengarkan lagu tertentu jadi bersemangat, ada yang dengan membayangkan orang yang dikasihi, ada yang dengan mengucapkan afirmasi atau kata-kata tertentu untuk jadi semangat, ada yang dengan melakukan ritual 1-2 menit untuk menenangkan diri, dll. Di NLP ada sebuah tool bernama ‘Godiva Pattern’, dinamakan dari sebuah merek coklat yang diklaim terenak di dunia. Metoda ini sangat sederhana, yakni membayangkan coklat ini dan mengasosiasikannya dengan pakerjaan yang tidak kita sukai tapi harus lakukan.

5. Belajarlah ‘men-DISTORSI- kan’ dan me-REFRAME’ situasi. Pada umumnya kita pandai sekali dalam hal distorsi, tapi lebih sering tidak bermanfaat. Sebuah kejadian baik datang, kita distorsikan dengan “Ah! Kebetulan!”. Sesuatu yang belum tahu pasti kesulitannya, sudah kita bayangkan, “Pasti akan sulit sekali!”. Kalau kita belajar mengarahkan pikiran kita sesuai manfaat, otomatis emosi kita terkelola dengan baik. Misalnya saat kita belum berhasil melakukan sesuatu, kita bisa distorsikan “Ah! Kebetulan saja, saya lebih hebat dari ini!” atau “Kali berikut pasti lebih baik!”. Kita tidak pernah tahu apakah kali berikut memang lebih baik atau tidak, tapi mendistorsikan ke arah yang positif, membuat kita lebih bersemangat dan antusias dalam melakukan yang berikutnya.

6. Terapkan ‘prinsip’ berpikir yang sehat untuk setiap interaksi dengan orang lain. Salah satu favorit saya adalah bahwa “Tidak setiap orang dapat memfasilitasi NIAT baiknya, dan cukup sering malah tampak tidak baik karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, atau karena belief yang kurang bermanfaat”. Dengan ‘prinsip’ berpikir seperti ini, kalau saya menghadapi sesuatu yang tidak mengenakan dari orang lain, yang saya pertanyakan adalah perilaku orangnya, bukan NIAT-nya. Karena saya percaya bahwa NIAT orang tersebut tidak dapat terfasilitasi dengan baik olehnya, karena keterbatasannya tersebut. Dan kalau saya ladeni dengan cara atau perilaku yang sama, berarti saya menunjukkan keterbatasan yang sama. Saya menemukan bahwa mengkonfrontasi atau meng-intersepsi perilaku seseorang jauh lebih efektif dan produktif dibanding membicarakan NIAT orang tersebut, yang toh tidak pernah kita ketahui secara pasti. Prinsip lain, misalnya “Tidak ada kegagalan, hanya masukan”. Jadi setiap menghadapi apa yang disebut orang sebagai kegagalan, saya hanya berkata dalam hati “Masukan apa yang bisa saya ketahui dari situasi ini?”. Secepat itu pula saya kembalikan ketenangan dan antusiasme melangkah maju. Anda pun bisa menemukan berbagai ‘prinsip’ berpikir yang bermanfaat. Intinya bukan seberapa banyak prinsip yang Anda punyai, tapi seberapa konsisten Anda dalam mengaplikasikannya. Di NLP, prinsip ini dikenal sebagai ‘PRESUPPOSITION’.

7. Isi pikiran dengan sengaja! Anda tidak isi pikiran Anda, maka bawah sadar setiap saat bisa memunculkan apapun secara acak, yang belum tentu Anda inginkan. Kalau Anda sedang dilanda tantangan emosional yang tinggi, maka besar kemungkinan hal ini yang akan sering dimunculkan secara otomatis. Kita hanya bisa fokus pada satu hal, karena itu yakinilah kita memilih yang membuat kita bersemangat dan happy! Pikirkan dengan sengaja hal-hal yang membahagiakan dan menyenangkan. Bahkan saat Anda mempunyai waktu melamun atau menghayal.

Mengelola Emosi

1 comments

Salah mengelola emosi bisa membuat Anda terpuruk, tetapi bila Anda bisa mengelola emosi dengan benar maka sukses pasti dapat diraih dan kualitas hidup Anda pun menjadi lebih baik.

Emosi adalah kekuatan terpendam yang sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap orang. Emosi termasuk salah satu fungsi dari pikiran bawah sadar yang memiliki kekuatan sembilan kali lipat. Emosi bisa mempengaruhi pikiran, sebaliknya pikiran juga bisa mempengaruhi emosi. Yang pasti, baik pikiran maupun emosi membentuk sikap. Selanjutnya sikap itu berpotensi menjadi tindakan. Setiap tindakan Anda membuahkan hasil.
 
Kabar baik untuk Anda. Jika sekarang Anda tidak puas atas hasil-hasil yang dicapai dalam hidup Anda, maka perbaikilah cara mengelola emosi Anda. Anda boleh percaya atau tidak percaya. Fakta membuktikan banyak orang gagal dalam hidup ini akibat tidak sanggup mengelola emosi dengan baik. Kegagalan dalam bisnis, karir, belajar, keluarga, dan bergaul dengan orang lain, lebih banyak disebabkan oleh emosi yang tidak mendukung.

Kekuatan Emosi

Masih ingat kejadian musibah nasional bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Bencana gelombang tsunami menimbulkan emosi sedih bagi banyak orang yang menjadi korban dan mereka yang menyaksikannya walaupun hanya melalui media massa. Emosi sedih ini bersifat negatif, tetapi apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan bagi banyak orang untuk bertindak positif. Sebut saja misalnya memberikan bantuan dan pertolongan kepada para korban. Bantuan dana milyaran Rupiah dapat dikumpulkan dari berbagai kalangan masyarakat karena emosi sedih berhasil diubah menjadi energi positif.

Emosi marah yang kemudian berubah menjadi dendam bisa menimbulkan pembunuhan. Emosi marah ini bila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, atau berprestasi. Kemarahan Anda terhadap kemiskinan justru menjadi kekuatan besar Anda untuk mengubah kemiskinan menjadi hidup penuh dengan kemakmuran.

Emosi takut misalnya takut gagal bisa membuat orang tidak mau mencoba atau berbuat sesuatu. Emosi takut gagal yang negatif ini bila dikelola dengan benar, justru membuat seseorang rajin belajar, banyak bertanya, maupun berlatih agar mampu melakukan sesuatu hingga berhasil. Masih ingat karya besar seperti tembok cina, tahukah Anda bahwa tembok cina itu adalah buah dari rasa takut diserang musuh.

Anda perlu tahu, emosi negatif sangat berbahaya bagi tubuh, pikiran, dan kehidupan kita. Dalam psikologi terdapat istilah psikosomatis, yaitu penyakit pada tubuh manusia yang disebabkan oleh emosi negatif. Misalnya stres menyebabkan gangguan pencernaan, khawatir bisa menyebabkan sakit punggung, marah menyebabkan hepatitis, dan sebagainya. Sebaliknya, dengan emosi yang positif kita bisa menjaga kesehatan agar tetap prima dan kebal terhadap penyakit. Bahkan, dengan emosi yang positif suatu penyakit bisa disembuhkan atau setidaknya mempercepat penyembuhan suatu penyakit.

Mengubah Emosi Negatif Menjadi Positif

Dalam Neuro Linguitik Programming (NLP) terdapat teknik yang dapat mengubah emosi negatif menjadi energi positif seketika dengan menggunakan state of management. Dua cara untuk mengelola keadaan pikiran maupun emosi Anda.

Pertama, mengubah fokus pikiran

Ketika emosi Anda sedang negatif seperti marah, kecewa, sedih, takut, malas, dan seterusnya, maka Anda perlu menelusuri pikiran Anda lebih dulu. Ide-ide dalam pikiran apa yang menyebabkan timbul emosi negatif itu. Ingat pikiran, emosi, dan tubuh kita merupakan satu kesatuan.

Emosi negatif yang sedang Anda alami sesungguhnya timbul akibat ide-ide tertentu baik pengalaman masa lalu, kejadian, atau sesuatu yang ’negatif’. Misalnya Anda sekarang sedang sedih, maka kesedihan Anda mungkin karena pikiran sedang melayang pada suatu kejadian tertentu mungkin orang tercinta meninggal dunia, tagihan kredit sudah jatuh tempo bingung mau bayarnya, ingat anak tidak dapat masuk ke sekolah favorit, atau lainnya.

Agar Anda tidak sedih terus menerus, ubahlah fokus pikiran Anda. Gantilah fokus pikiran ’negatif’ tadi ke fokus pada ide-ide positif. Ingatlah kejadian, pengalaman, atau seseorang yang Anda cintai. Misalnya, fokuskan pikiran Anda pada kejadian ketika Anda bercinta dengan pasangan, masa-masa indah saat pacaran, mendapat hadiah ulang tahun, anak-anak yang lucu, mendapat komisi pertama, dan lain lain.

Singkatnya, ketika emosi Anda sedang negatif maka ubahlah fokus pikiran Anda pada hal-hal yang positif, maka seketika emosi Anda pun menjadi positif.

Kedua, fisiologis

Cara kedua untuk mengelola emosi negatif menjadi emosi positif dapat Anda lakukan dengan mengubah fisiologis seperti cara bernafas, cara berdiri, dan ekspresi wajah.

Emosi negatif mempengaruhi sistim pernafasan. Pada waktu Anda marah, nafas Anda menjadi pendek, lambat, dan tidak teratur. Dengan mengatur cara bernafas menjadi panjang, dalam, dan teratur, maka emosi Anda menjadi lebih tenang.

Postur tubuh Anda, seperti cara berdiri atau duduk Anda bisa mempengaruhi emosi Anda. Kalau posisi duduk menggambarkan pundak tertarik ke bawah dan kepala menggantung ke bawah juga, nafas pendek dan lambat, mata ke bawah dan tidak fokus, mulut tertutup rapat dan tertarik ke bawah, maka postur seperti ini mudah mengundang pikiran dan emosi yang negatif seperti bosan, lelah, dan sebagainya.

Jika Anda ingin tampil percaya diri, postur tubuh Anda harus mendukung. Caranya? Misalnya pundak ditarik ke belakang, mata terbuka lebar dan fokus ke depan, nafas cepat dan dalam, dan mulut tertarik keatas. Dengan postur yang tepat seperti ini Anda bisa mengubah emosi negatif menjadi emosi positif.

Anda pasti bisa membedakan ekpresi orang yang menang dan kalah, orang yang sukses dan yang gagal. Jauhi pola fisiologis, pola pikir, sikap, dan tindakan orang gagal agar Anda tidak menjadi seperti mereka. Sebaliknya, arahkan pada fisiologisk, pola pikir, sikap, dan tindakan orang-orang yang menang dan sukses, maka Anda pun lambat laun bisa menang dan sukses.

Emosi Anda adalah hidup Anda. Anda ingin sukses, mulailah dengan mengelola emosi. Emosi positif yang mendukung diperlukan untuk meraih sukses dan kualitas hidup yang lebih baik.