Begitu banyak tipe kepribadian menurut
para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut
masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta
didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung
dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
- Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
- Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
- Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
- Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
- Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
- Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
- Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
- Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
- Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
- Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
- Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
- Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
- Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
- Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang
tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi
kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen
seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
- Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
- Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
- Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
- Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
- Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
- Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
- Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
- Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
- Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian
anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka
masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan
“karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
- Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
- Anak yang biasa-biasa saja.
- Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah”.
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang
dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik
perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6
tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti
pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti
pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada
diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit
diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang
tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila
para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan
pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada
anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap
para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang
tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi
atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap
prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir.
Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana
ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap
pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu
masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan
perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga
menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan
fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi
belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta
persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa
maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang
menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta
membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan
bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.
Perkembangan kepribadian
“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitupersona yang
berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah
topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam
drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah
perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan
tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak
statis), danmelainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia
senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian
selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan
berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis
penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai
pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep
diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen
penting.“konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran
seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin
diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa
Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang
bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang
serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi
berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian,
ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk
peserta didik, yaitu:
- Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
- Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
- Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera
didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap
anak adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam
penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut
Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan
kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi.
Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap
dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus
terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi
bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang
tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak
ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik
Memahami karakter seseorang memang sangat
sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu
bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing
mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan
mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling
mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan
menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal
kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang
telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat
yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicaraselalu merespon,
ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup,
ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu
hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan
menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk
mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan
lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah
teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek
dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa
menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja
peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya
pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan yang didapat
melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat
kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila
murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan
kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka
kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta
adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal
dan akhirnya prestasi menurun.
0 comments: (+add yours?)
Post a Comment