SEPI

0 comments

Dalam sehari-hari terkadang menyeret kita ke bagian otak yang paling kesepian,seperti tak bisa ambil bagian dengan dunia ini. Lalu dihadapkan dengan soal: kenapa semua harus berlalu seperti ini ?

Mungkin kita membuat rumah dengan cara menakjubkan . memiliki pintu,jendela,lobang angin,kamar tidur,kamar mandi. Dari bangunan seperti ini kita membagi adanya “dunia luar dan di dalam “,sebagai pengertian yang berbeda.Pintu,jadi pengertian ambang batas antara keduanya. Membuka dan menutup pintu sering menjadi moment berdentangan gema kesunyian dari dia – sang manusia.

Suatu kenyataan mau diterima disini. Dia itu manusia: Agung. Mereka membuat hubungan-hubungan ,aturan-aturan. Mencari penjelasan tentang keberadaan dan tujuannya. Membuat makanan sendiri sebagai kebudayaan.Pakaian,perhiasan,alat-alat. Membuat sendiri makamnya sebagai keindahan dan kesedihan dari kematian. Cinta tak tergantikan oleh apapun. Dia pun mencari hubungan logis-sang manusia itu.

Manusia jadi arkeolog dari hidup itu sendiri. Semua bersifat buruk dan salah,sebenarnya mustahil bisa menghinggapi mahluk yang bisa berpikir tentang dirinya sendiri ini. Keagungan manusia harus kembali dihadirkan kembali,walau seperti madu yang tumpah dalam kloset. Apapun yang telah diperbuatnya,dia sebenarnya tak pernah identic dengan seluruh yang pernah dihasilkannya. Ini tidak mudah. Sebab ini dasar seluruh kesepiannya,yangmembuat ia tak pernah bisa mengenal diri sendiri.

“Berprestasi, Jadilah Seperti Nasi!”

0 comments

Siapakah yang layak disebut sebagai mahasiswa berprestasi?

Apakah mereka yang memperoleh banyak medali, memenangkan berbagai perlombaan, dipuja banyak orang, dan sering tampil di hadapan publik dengan berjuta pesona yang membuat manusia terpukau kagum?
 
Barangkali kalau kita menyerap kata ‘prestasi’ persis dengan kata asal serapannya, jawabannya akan seperti itu. Prestasi berasal dari kata prestise yang berarti kebanggaan. Dengan kata lain setiap pekerjaan yang bisa membuat orang lain dan diri sendiri bangga, itu sudah layak disebut prestasi.

Mahasiswa berprestasi membanggakan para dosen dan melambungkan reputasi institusi. Mereka menjadi figur panutan yang dianggap lebih unggul daripada mahasiswa yang lain. Mereka juga mampu menarik perhatian dunia dengan kemampuan ‘istimewa’ mereka. Persis seperti magnet yang menarik besi-besi tak bermuatan.

Sayangnya, kata ‘prestasi’ yang ada pada bahasa Indonesia sangatlah sempit jika digunakan untuk menguraikan makna “prestasi” yang sesungguhnya.

Prestasi tidak hanya terbatas pada kemampuan memenangkan berbagai macam perlombaan, atau sekedar memiliki pengagum yang banyak. Prestasi adalah sebuah kerja nyata untuk masyarakat baik itu secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dan dilakukan dengan teguh dan terus menerus.

Karenanya, janganlah terlalu fokus mengejar prestasi. Mengapa? Lagi-lagi kita perlu mengembalikan makna asal dari prestasi, yaitu prestise (kebanggaan). Kalau asal bangga tetapi tidak diiringi dengan kerja nyata untuk masyarakat, maka itu adalah prestasi semu. Seharusnya sebagai mahasiswa kita fokus untuk mengejar kontribusi, bukan lagi ‘sekedar’ prestasi.

 Dengan memperbanyak kontribusi, semakin besar peluang kita untuk meraih prestasi. Meskipun nantinya tidak ada piala dan medali yang disematkan kepada kita, setidaknya orang lain bisa merasakan manfaat dari apa yang kita kerjakan. Jika mentok tidak ada yang memberikan apresiasi atas kinerja kita, tidak ada yang menganggapnya, apalagi menghargainya, kita perlu meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui atas segara sesuatu.

Cukuplah deretan piala itu menghiasi etalase-etalase di ruang tamu rumah kita. Itu hanyalah simbol yang bisa lenyap dan hancur. Yang mengabadi adalah kontribusi kita untuk masyarakat dan untuk seluruh umat manusia. Itulah prestasi yang sesungguhnya.
 
Sebuah Prioritas
Jangan salah sangka dengan pernyataan saya pada pembahasan sebelumnya. Tidak ada niatan untuk mendiskreditkan mereka yang ber-‘prestasi’, karena prestasi merupakan hal yang wajar untuk dikejar. Bahkan Islam menganjurkan agar pemeluknya untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.

Barangkali perlu diingatkan kepada mereka para peraih prestasi –temasuk diri saya sendiri-, bahwa prestise (kebanggaan) hanyalah sekelumit dampak yang bisa kita ambil dari ranah kontribusi yang begitu luas. Bisa jadi orang tidak bangga dengan pekerjaan kita, tetapi ada ungkapan yang lebih tinggi dari hanya sekedar bangga.

Kita tidak akan bangga dengan apa yang dilakukan oleh para petani, tetapi kita sangat menghargainya. Para korban bencana alam memang tidak bangga dengan apa yang dilakukan oleh para relawan, namun mereka sudah pada tingkatan haru. Seorang anak yang memiliki orang tua penyayang, tidak hanya bangga dengan ibu-bapaknya. Dia merasa sangat beruntung. Seorang pasangan suami-istri yang saling memadu kasih, tidak hanya merasa bangga satu sama lain. Lebih dari itu, mereka sama-sama merasakan kebahagiaan.

Sebaliknya, tidak selamanya kebanggaan itu membawa dampak yang baik. Kita bisa melihat fenomena suporter sepak bola yang ada di Indonesia. Karena kebanggan yang berlebih, para suporter rela berdesak-desakan di tribun penonton, hanya untuk melihat tim mereka berprestasi. Kalau tim kesayangan mereka mendapatkan juara, mereka akan berpawai di jalan-jalan untuk meluapkan kegembiraan.

Lantas, adakah dampak signifikan bagi mereka setelah tim yang mereka bangga-banggakan meraih prestasi? Barangkali tidak ada. Bahkan tidak sedikit dari kejadian-kejadian itu yang membawa petaka. Mulai dari luka-luka sampai hilangnya nyawa.

Sebenarnya kalau mahasiswa ingin berprestasi, tidak perlu memikirkan sejauh itu. Yang ditekankan di sini adalah masih banyak yang perlu kita raih daripada sekedar kebanggaan.

Untuk meraih prestasi yang benar-benar ‘prestasi’, maka jadilah seperti nasi. Dia merupakan makanan pokok yang dibutuhkan oleh semua orang. Tidak seperti obat ataupun racun. Obat memang menyembuhkan, tetapi ia hanya dibutuhkan pada saat-saat tertentu saja. Pada saat yang lain, ia bisa menjadi zat yang berbahaya untuk dikonsumsi. Apalagi racun, tidak ada yang mau meminumnya kecuali orang-orang depresi yang sudah tidak tahan hidup di dunia ini.
“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)
Kita mendapati bahwa prioritas utama kita dalam berkontribusi adalah kemanfaatan bagi orang lain. Untuk apa kita berpayah-payah berprestasi sedangkan masih banyak urusan umat yang belum terselesaikan? Untuk apa berpayah-payah berprestasi sedangkan dampaknya hanya terhenti pada taraf bangga? Sekali lagi bukan untuk mendiskreditkan mereka yang berprestasi. Hanya kembali mengingatkan bahwa masih banyak yang perlu kita raih daripada sekedar kebanggaan.
 
Setelah Paham, Berprestasilah!
Saya takut setelah membaca tulisan pada pembahasan sebelumnya jadi banyak di antara kita yang enggan mengikuti perlombaan dan kompetisi dengan alasan, “yang penting kontribusi”. Sungguh, saya sama sekali tidak berniat untuk menghambat potensi berprestasi yang kita miliki. Saya hanya ingin mengubah mindset dari semangat berprestasi kita.

Setiap manusia memiliki potensi untuk berprestasi. Ketika kita ingin mengejar sebuah prestasi, sebenarnya yang kita kejar adalah potensi yang ada pada diri kita sendiri. Jadi tidak ada alasan untuk tidak berprestasi. Kuncinya, “Perbanyak kontribusi, prestasi akan mengikuti.”
Semoga mencerahkan.

Bekerja dan Menikmati Pekerjaan

0 comments

Membicarakan pekerjaan sama halnya dengan membicarakan hidup itu sendiri. Sebab faktanya, hidup adalah bekerja. Aktivitas yang paling besar menyita waktu dalam kehidupan kita adalah bekerja. Bahkan, bekerja adalah satu-satunya aktivitas yang mampu kita lakukan selama lebih dari delapan jam dalam sehari. Sebagian orang sanggup melakukannya melampaui 12 jam. Oleh karenanya, sebuah pekerjaan harus merupakan sesuatu aktivitas yang dapat dinikmati.

Coba kita pikirkan sama-sama. Siapa diantara anda yang mampu melakukan aktivitas makan, minum, tidur, atau bahkan bercinta sekalipun, selama lebih dari delapan jam sehari, nonstop? Hanya aktivitas “bekerja” yang sanggup mengambil waktu kita senilai itu. Itulah sebabnya saya mengemukakan sebelumnya bahwa membicarakan bekerja sama halnya dengan membicarakan “hidup” itu sendiri.

Persoalannya, tidak jarang dibalik kesanggupan bekerja yang “menggila” justru malah terjadi “stressing” atau tekanan yang sangat tinggi. Mengapa? Sebab mereka yang dilanda stress tidak pandai menikmati, atau tidak pintar menikmati, atau tidak bisa menikmati pekerjaannya.

Ketidakmampuan menikmati pekerjaan disebabkan karena memilih pekerjaan tidak mendengarkan panggilan jiwa. Bekerja sesuai dengan panggilan jiwa menghadirkan kenikmatan yang luar biasa. Bekerja tidak sesuai dengan panggilan jiwa menimbulkan stress.
Bagaimana cara memilih sebuah kehidupan pekerjaan yang mengungkap panggilan jiwa? Bekerja yang nikmat selaras dengan kualitas pembentuk kartu panggilan. Richard J. Leider dan David A Shapiro, dalam “Whistle While You Work, Heeding Your Life’s Calling” menyarankan untuk meninjau 3 kualitas penting yang membentuk “kartu panggilan” kita, yaitu bakat, hasrat dan nilai.

Bakat. Satu cara untuk menemukan bakat adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: “pekerjaan apa yang ketika sedang kulakukan, membuat aku begitu asyik mengerjakannya, sehingga aku lupa waktu?” Nah, disitulah jawabannya jika anda ragu apakah pekerjaan yang sekarang sudah sesuai dengan panggilan jiwa atau tidak. Jika anda tidak pernah merasa senang dan bahkan asyik dalam mengerjakan pekerjaan anda, bakat anda tidak di sana.

Hasrat. Hasrat muncul dalam berbagai bentuk. Anda mungkin sangat menyukai spiritualitas, sehingga tidak berhenti memikirkan untuk mengembangkan kesadaran spiritual orang seluruh dunia. Anda juga bisa jadi menghabiskan waktu luang dengan melakukan kegiatan menentang penindasan. Anda mungkin mempunyai ketertarikan yang besar dan terus menerus memikirkan persoalan masyarakat. Itulah hasrat. Pertanyaan-pertanyaan soal hasrat antara lain: “Hal atau tujuan apa yang menggerakkan anda dalam bekerja? Masalah apa yang di dalam dunia atau dalam lingkungan pekerjaan yang menurut anda memerlukan pemecahan? Ketika anda terjaga di malam hari, lantas memikirkan keadaan alam semesta, apa yang paling memenuhi pikiran anda? Dalam jawaban itulah dapat ditemukan hasrat. Ketika menghubungkan bakat dan hasrat kita, kita mempunyai alasan yang jelas untuk bangun setiap pagi.

Nilai. Adalah dorongan dibalik pilihan sebuah pekerjaan. Nilai adalah api yang menyalakan hasrat. Nilai memperlihatkan kepribadian dan ciri khas kita. Jika sebuah pekerjaan tidak selaras dengan nilai/dorongan/kepribadian seseorang, maka pekerjaan itu bukanlah merupakan panggilan dan ini kelak yang dapat menimbulkan ketidaknikmatan atau stress dalam bekerja.

“Tetapi, saya sudah sampai di sini dalam lingkar pekerjaan yang tidak sesuai dengan panggilan jiwa, apakah saya bisa mengubah arah dan menemukan jalan kembali kepada diri saya yang sebenarnya?” Agar bekerja bisa menjadi lebih nikmat?

Bisa. Periksa kembali bakat, hasrat dan nilai anda. Selaraskah dengan pekerjaan yang sedang dilakukan? Jika tidak, saatnya memang memulai perubahan.

CARA MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR DAN MOTIVASI KERJA

0 comments

Motivasi merupakan dorongan jiwa yang membuat seseorang melakukan suatu kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Dalam hal ini yang kita bahas tentunya adalah motivasi yang terkait dengan perbuatan yang memiliki tujuan baik seperti motivasi belajar dan motivasi kerja.

Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi dapat dilihat dari semangat seseorang di saat ia melakukan suatu aktivitas. Seorang pelajar yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar dapat dilihat dari kerajinannya dalam belajar dengan penuh semangat untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Seorang pekerja yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja dapat dilihat dari kerajinannya dalam bekerja dengan penuh semangat untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Jenis-jenis motivasi
 Secara garis besarnya, motivasi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:

1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang mengikuti kursus bahasa Inggris karena ia memang ingin bisa berbicara bahasa Inggris dengan tujuan tertentu seperti mau belajar atau bekerja di luar negeri, atau ingin menjadi guru bahasa Inggris

2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri orang yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang mengikuti kursus bahasa Inggris karena ingin mencari teman atau pasangan hidup

Baik motivasi intrinsic maupun motivasi ekstrinsik sama-sama mendatangkan manfaat dalam mendorong seseorang untuk berbuat baik seperti belajar, bekerja, berlatih, dll. Dalam hal ini motivasi intrinsik memiliki nilai atau manfaat yang lebih tinggi karena akan mendorong seseorang untuk berbuat baik dengan kesadaran sendiri.

Dengan motivasi intrinsic, para pelajar dan mahasiswa akan belajar dengan kesadaran sendiri dan penuh semangat tanpa harus di suruh oleh orang tuanya. Di samping itu motivasi intrinsic sifatnya lebih permanen daripada motivasi ekstrinsik.
Mengingat pentingnya motivasi dalam mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu yang baik, seperti belajar atau bekerja, maka sangatlah perlu dipahami berbagai cara untuk membangkitkan motivasi.

Bagaimana membangkitkan motivasi ?
Motivasi dapat dibangkitkan dengan berbagai cara yang antara lain adalah:

1. Memahami manfaat dari suatu aktifitas. Sebagai contoh seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris jika dia sudah memahami apa saja manfaat dari belajar bahasa Inggris.

2. Menetapkan tujuan yang baik. Seorang pelajar yang sudah menetapkan tujuan belajar atau cita-cita, akan memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar yang belum menetapkan tujuan belajar atau cita-cita.

3. Menciptakan suasana yang nyaman di lingkungan belajar atau di lingkungan pekerjaan.

4. Mendapatkan nasehat atau saran dari orang lain dalam belajar atau bekerja dengan penuh kesadaran.

5. Menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekitar lingkungan kerja, terutama dengan mereka yang terkait langsung dalam kerja sama bersama kita. Hindari permusuhan yang hanya akan membuat hati tidak tenang dan melemahkan motivasi kerja.

6. Mendapatkan sugesti positif dari orang lain di mana sugesti tsb berpengaruh untuk membangkitkan motivasi.

7. Menerima pembangkitan motivasi dari motivator yang tepat seperti orang tua, saudara, guru, konselor, therapis, atau relasi lain yang bisa berperan sebagai seorang motivator.

8. Menghindari hal-hal yang bisa melemahkan motivasi seperti kejenuhan, pengaruh negatif dari orang lain, dan kondisi negative atau tidak nyaman pada llingkungan yang bisa melemahkan semangat belajar atau bekerja.

9. Memperkuat self sugesti atau sugesti pada diri sendiri yang antara lain bisa diperoleh dengan latihan meditasi.

10. Melengkapi berbagai fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar atau bekerja.

11. Menanamkan kesadaran bahwa belajar atau bekerja merupakan kegiatan yang bisa digolongkan sebagai ibadah.

Dari sekian banyak cara membangkitkan motivasi tsb, anda perlu lebih mengutamakan untuk membangkitkan motivasi intrinsic, karena motivasi intrinsic akan membuat anda bisa belajar atau bekerja dengan penuh kesadaran tanpa harus diperintah oleh orang lain. Dengan motivasi intrinsic, anda akan menjadi orang yang memiliki inisiatif sendiri dalam belajar atau bekerja. Anda akan menjadi seorang yang mandiri dan selanjutnya andapun akan bisa menjadi orang yang kreatif.


Cawanmu Cawanku, Ajak Namun Jangan Saling Beradu

0 comments

Manusia tercipta layaknya cawan kecil. Baik buruknya cawan, tergantung isinya. Saat ia berada diladang bunga, maka tetesan madu dari lebah akan mengisi cawan itu. Saat ia menari didalam gua, maka kotoran burung akan memenuhi cawan itu. Bukan mudah membersihkan cawan, terlebih jikalau cawan itu sudah berkerak kerak akibat kotoran burung yang menumpuk. Nampaknya, agak salah apabila hendak memuliakan cawan kotor dengan cara ditumpuk oleh tetesan madu. Bukankah dia perlu dibasuh terlebih dahulu?. Ya, cawan itu perlu dibasuh, dibasuh sesuai derajat kotornya. Sampai ia benar benar bersih. Bukankah percuma apabila mengisi secanting madu kedalam cawan yang penuh dengan kotoran burung.

Namun kotoran burung didalam cawan tidak selamanya merugikan. Terkadang apabila kotoran itu sampai meluap-luap keluar cawan, dan jatuh ketanah, itu adalah berkah bagi tanaman yang berada disekitarnya. Secara tidak langsung kotoran itu telah menjadi stimulus bagi lebah pencari madu agar ia lebih rajin menanggul madu didalam bunga. Bukankah kotoran burung adalah unsur hara yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman, salah satunya bunga. Dan ketika bunga tumbuh subur didalamnya bersembunyi limpahan madu, maka itu adalah incaran sang lebah. Semakin banyak madu yang dibawa lebah, bukankah semakin banyak pula cawan cawan bersih itu terisi madu.

Namun apabila cawan kotor itu, terlalu lama dalam kekotorannya, dan terlalu penuh dengan kenajisan didalamnya. Bukankah cukup menyedihkan, bila kelak ia pecah dan hancur, sebelum ia dimuliakan. Ia pecah sebelum ada yang memungutnya kedalam lemari antik nan indah.

Hai, cawan penuh madu. Isyaratkan ia pada indahnya ladang bunga. Ajak ia dengan halus, dan lemah lebut, ajak ia kedalam ladang bunga, namun janganlah kau paksa ia, karena cawan itu mudah pecah.

Cawan madu, sungguh pelik pula apabila engkau terus menerus menahan madu didalam dirimu. Bukankah masih sangat banyak cawan kosong yang seharusnya kau bagi, lalu kau isi kembali dirimu dengan madu yang baru. Bukankah madu yang terlalu lama kau pendam bisa membuatnya basi dan menjadikannya racun oleh karena bakteri didalamnya.Maka sebarkanlah manisnya madumu, lalu isi kembali cawanmu dengan madu dengan madu baru yang segar.



Janji seorang penikmat kopi

0 comments

Ketika ku seduh dan ku hirup wangi baumu
Kurasakan setengah kenikmatan dunia mulai masuk ke tubuhku
ketika ku sruput dan ku alirkan ke lidah dan tenggorokanku
Surga seakan di depanku
Seketika terletup semangat kerja
Membelalak mata ingin menaklukkan dunia
Dan melayangkan tubuh ini ke awang awang lamunan
serta menancapkan tonggak kokoh d kaki ini untuk enggan berdiri lagi
Ku ingin selalu menikmatimu
Sampai waktu yang memisahkan rasa ini
Kopi…. sepahitnya kamu, ku kan tetap setia karena aroma dan kenikmatanmu

…….bagi seorang kopier(sebutan bagi peminum kopi yang sudah addic atau hoby), segelas kopi di pagi hari adalah setengah kenikmatan dunia. Mungkin itu terlalu 4L4y tapi jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk menilainya. Kenikmatan kopi akan membangkitkan rasa, gairah dan semangat hidup. minuman yang terbuat dari biji yang tercatat disejarah pertama kali ditemukan pada tahun 1000 SM oleh suku galla di ethiopia. Dan mulai booming ketika dibawa oleh pedagang arab yang tersohor pertama kali di yaman dengan sebutan mocca. sehingga tak terasa sekarang pun kopi menjadi salah satu minuman tekenal di seluruh pelosok indonesia, memang kopi sangat kontroversial dari awal sampai sekarangpun bahkan pada masa pemerintahan Raja Charles II tahun 1675 M, dia menutup seluruh kedai kopi di London, tuduhan utamanya adalah kedai kopi sebagai tempat pemufakatan makar. Sampai sekarangpun kopi masih menjadi buah simalakama,di suatu sisi amat digandrungi namun di sisi lain terkadan efek buruk baik yang bersifat medis atupun sosial masih kerap muncul.
 
secara etimologi kopi sendiri berasal dari bahasa arab qawwah yang berarti kekuatan kemudian diserap oleh bangsa belanda menjadi koffie dan diasimilasi oleh mulut orang indonesia khusunya jawa menjadi kopi. kopi sendiri secara biloginya dibagi dalam dua jenis genus besar yaitu (coffea arabica dan coffea robusta), sebagai tambahan informasi ada berbagai macam jenis minuman kopi :
  1. kopi hitam
  2. latte
  3. espresso
  4. cafe latte
  5. cafe machiato
  6. cappucino
  7. dry cappucino
  8. frappe
  9. kopi instan
  10. kopi irlandia
  11. kopi tubruk
  12. melya
  13. kopi moka
  14. kopi oleng
Namun dari sekian jenis tersebut yang terpenting sebenarnya apasih kandungan kopi sendiri sehingga sedemikian hebohnya, kopi banyak mengandung kafein sebuah senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit.Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.Dan penelitian terakhir kafein juga sebagai zat anti oksidan yang mampu mengikat partikel radikal bebas yang merugikan tubuh. Namun dari semua itu yang terpenting jangan terlalu mengkonsumsi yang berlebihan karena semua yang berlebihan akan tidak baik……selamat mencoba “let’s try the decision in your hand”

5 Hal Yang Tidak (Terpaksa) Harus Anda Lakukan

0 comments

Love is never having to say you’re sorry” Ya. Cinta tidak mengharuskan anda untuk mengatakan menyesal. Sebuah frase terkenal dari film “Love Story”, tetapi kini sudah banyak bermetmorfisis—dimodifikasi, ditata ulang, direkompisisi, bahkan disatirkan menjadi film, lagu, seri TV, dan lain sebagainya.

Dan frase itu membuat saya menjadi berpikir: “Adakah hal lain lagi yang sesungguhnya tidak harus saya lakukan untuk mendapatkan suatu kebaikan?


1. Komitmen Tidak Harus Dengan Memaksakan Diri Untuk Disiplin


Komitmen dapat membuat seseorang melakukan segala tugas dan pekerjaanya dengan konsiten dan optimal, tanpa harus memaksakan diri untuk disiplin.

Lebih jauh dari itu komitmen yang dijaga dengan baik akan melahirkan sikap yang bertanggungjawab.
 
2. Kebebasan Tidak Harus Mengubur Diri Dengan Kesenangan


Siapa yang tidak ingin bebas? Siapa yang tidak menginginkan kesenangan? Tetapi, haruskah kebebasan itu diartikan sebagai: menikmati segala kesenangan yang diinginkan? Tidak.

Kebebasan tidak mengharuskan sesorang untuk pergi ke diskotik setiap akhir pekan. Kebebasan tidak mengharuskan sesorang untuk berfoto bugil di depan kamera. Kebebasan tidak mengharuskan untuk menghujat dan memaki. Kebebasan adalah pelepasan diri dari ambisi dan keinginan.

3. Percaya Diri Tidak Harus Ditunjukan Dengan Citra Yang Keren

Ada masa dimana sesorang suka meninggikan diri dengan mengatakan “aku punya pesawat terbang” padahal yang dipegangnya adalah pesawat-pesawatan dari kertas. Mendengar hal itu maka yang lain akan mengatakan, “Aku malahan punya jet, cepeeeet banget terbangnya”, padahal yang dipegang juga cuma pesawat-pesawatan dari kertas. Siapakah mereka? Anak-anak!


Di awal kelahiran sosial media terutama sekali Facebook, banyak user yang berdandan khusus hanya untuk photo profile yang keren, atau memasang badge khusus sebagai photo profile. Semua itu adalah usaha untuk menutupi kekurangpercayaan diri.


Ketika seseorang mencoba mengetakan dirinya hebat, keren, dan lain sebagainya, sesungguhnya dia tidak keren dan tidak hebat samasekali. Melainkan kekanak-kanakan. Rasa percaya diri tidak harus ditunjukan dengan citra yang keren. Karya dan tindakanlah yang menunjukan jati diri yang sesungguhnya. Tidak perlu cape-cape buat pengumuman. Tunjukan dengan karya yang keren tanpa embel-embel “karyaku keren”, itu baru percaya diri!


4. Kreativitas Tidak Harus Menjadi ‘Nyeleneh


Orang-orang yang berkegiatan di dunia kreatif sering berpenampilan tidak lumrah, atau ‘nyeleneh’. Haruskah? Itukah identitas dari kreatifitas? Bagi saya kreatif adalah spirit jiwa.


Sepanjang sesorang tidak berhenti berkreasi: membuat (memodifikasi, menata ulang, melakukan percobaan, mengevaluasi, mencoba lagi, dan seterusnya), maka dia adalah orang yang kreatif. Tanpa perlu harus menjadi orang yang ‘nyeleneh’.

5. Cinta Tak Pernah Memaksa Orang Lain Untuk Merubah Dirinya


Sedikit memaksa anak untuk mengubah kebiasaan yang dianggap buruk, masih boleh memakai alasan cinta. Tetapi memaksa pacar, pasangan, suami/istri (yang sudah dewasa, sudah tahu membedakan mana baik/mana buruk) bukanlah wujud dari cinta.


Cinta adalah membiarkan dia selalu nyaman. Bukan memaksanya untuk merasa nyaman, apalagi memaksanya untuk mengatakan menyesal. “Love is never having to say you’re sorry.

MUTIARA DI PASIR

0 comments

Alkisah, Seorang pemuda yang baru lulus kuliah mengalami perasaan sangat tertekan dan putus asa karena sulitnya mencari kerja sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan dirinya ke tengah laut, ketika dia sampai di pantai dilihatnya seorang tua yang ramah dan bijaksana yang kemudian mengajaknya berbicara sampai si pemuda tersebut mengutarakan niatnya bunuh diri dan alasannya.

Kemudian orang tua tersebut minta sang pemuda melihat apa yg dilakukannya, orang tua tersebut membungkuk mengambil segenggam pasir dan kemudian melemparkannya kembali kebawah, seketika pasir tersebut melebur dan menjadi satu dengan pasir lainnya yang ada dibawah, lalu kata orang tua tersebut kepada si pemuda “cobalah kamu ambil pasir yang tadi saya lemparkan ke bawah”, dan si pemuda keheranan dan berkata “mana mungkin saya dapat mengambil pasir tersebut karena pasir tersebut telah berbaur dan menjadi satu dengan pasir lainnya”, si orang tua tersebut tersenyum dan kemudian mengambil sebutir mutiara dari dalam kantongnya dan melemparkannya kebawah seraya berkata kepada pemuda tersbut “ambillah mutiara tersebut” , dan dengan mudahnya pemuda tersebut mengambilnya.

Orang tua tersebut berkata kepada pemuda tersebut bahwa untuk menjadi atau meraih apa yang kamu inginkan maka kamu harus berbeda denga orang lain, jikalau kamu sama dengan orang kebanyakan maka kamu tidak akan terlihat, demikian juga ketika kamu mencari kerja dan sebagainya.

Note :
Bila kita lemah terhadap diri kita maka kehidupan akan keras terhadap kita
Bila kita keras terhadap diri kita maka kehidupan akan lemah terhadap kita

Permulaan Kecil

1 comments

Biji sesawi adalah biji terkecil di antara benih yang biasa dibudidayakan para petani Israel. Bentuknya bundar, berdiameter 1-2 milimeter. Hebatnya, benih paling kecil ini bila ditanam akan bertumbuh menjadi tanaman paling besar di ladang. Begitu besarnya, sampai burung pun dapat bersarang di cabang-cabangnya (Matius 13:31-32).
Biji sesawi mewakili salah satu prinsip Kerajaan Allah: jangan terkelabui oleh ukuran dan penampilan. Nabi Zakharia mengingatkan bangsa Israel akan hal itu ketika mereka membangun kembali Bait Allah. Menurut Alkitab versi New Living Translation, ia berkata, “Jangn meremehkan permulaan yang kecil ini, karena Tuhan bersukacita melihat pekerjaan dimulai, melihat batu penjuru sudah ditangan Zerubabel” (ayat 10).

Bait Allah yang baru ini jelas tidak akan dapat menandingi kebesaran dan ke-megahan bait yang dibangun Salomo. Mereka tidak memiliki sumber daya dan tenaga melimpah seperti dulu lagi. Namun, lebih besar dan lebih megah tidak selalu berarti lebih baik. Yang penting, Tuhan menyertai mereka dan mereka mengerjakannya dengan penuh dedikasi. Kalau Tuhan bersukacita atas permulaan kecil ini, mengapa kita tidak?

Kesempatan yang ada di tangan kita mungkin tampak tidak berarti. Apakah kita akan ciut hati, lalu mengerjakannya dengan tidak bersemangat? Biji sesawi mengingatkan bahwa Allah tidak dibatasi oleh ukuran, sumber daya, atau kualifikasi kita. Kita dapat menjadi bagian dari pelayanan Kerajaan Allah ketika kita mendayagunakan kesempatan sekecil apa pun, dengan dedikasi sepenuh hati, dan menyerahkan hasil akhirnya ke tangan Tuhan.

sumber: www.sabda.org