Bangun kemampuan Leadership Anak Dengan Outbound

0 comments

Saat weekend berlangsung anda dan keluarga tak punya kegiatan? Cobalah rencanakan kegiatan yang menarik untuk mengisi hari libur anda. Dengan outbond misalnya! Tak usah takut kotor, karena outbond sangatlah menyenangkan. Apalagi jika anda melakukan nya bersama anggota keluarga anda tercinta. Ini bisa menjadi waktu berkumpul keluarga yang menyenangkan setelah jadwal kerja yang padat setiap hari. Dan bukan hanya bisa mempererat dan saling mendekatkan anggota keluarga saja.
Dengan outbond kita juga bisa mendapatkan banyak manfaat loh! Permainan yang identik dengan permainan petualangan ini juga bagus dalam proses tumbuh dan berkembang nya buah hati anda.

Komunikasi yang efektif

Dalam seluruh permainan di arena outbond. Permainan nya banyak yang di lakukan secara berkelompok (team). Ini akan merangsang anak anda untuk bisa ikut berperan aktif secara tindakan. Maupun secara verbal dalam menyelesaikan tantangan dalam permainan. 

Rasa percaya diri

game - game ini juga bisa membangun rasa percaya diri setiap peserta. Rasa percaya diri sangatlah penting dalam kehidupan, telebih lagi untuk buah hati anda. Dan akan membantu perkembangannya dalam mengontrol emosi dan meningkatkan interaksi nya dengan orang lain. Sehingga bisa membentuk kecerdasan emosianal yang baik.

Problem solving
 
Selain bisa mencerdaskan dan membuat sang anak menjadi kreatif. Dengan outbond anak juga bisa terlatih memecahkan masalah misalnya dalam sebuah permainan teka teki ataupun permainan yang membutuhkan kekompakan tim. Ia dan rekan rekan kelompok nya akan berusaha mencari jalan keluar dan penyelesainnya bukan? 

Kepemimpinan (Leadership)

Ini yang terpenting, kepemimpinan! Merupakan gabungan dari sifat sifat yang di ajarkan dalam permainan permainan di outbond. Anak anda akan belajar bagaimana cara memimpin tim nya agar bisa menjadi tim yang terbaik. Bekerjasama dengan teman temannya, mengungkapkan gagasan yang ia miliki. Dengan begitu sang anak akan memiliki karakter yang khas. Sangat menarik bukan?

Ada banyak jenis permainan di outbond. Misalnya flying fox, dayung kayah, panjat dinding, meniti jembatan tali dan bambu, dan juga ada pamper pole! Berniat ikut outbond di akhir pekan?
   

10 Falsafah Hidup Orang Jawa

0 comments

falsafah Jawa memang seringkali dianggap petuah-petuah kuno buat sebagian besar generasi muda saat ini. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.

Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang banyak dikenal sebagai pedoman hidup orang Jawa.
  1. Urip Iku Urup, Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
  2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
  3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti  segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
  4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
  5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
  6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.
  7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
  8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
  9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
  10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna, Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

sumber: tuanmuda.us

tuanmuda.us

0 comments


Mungkin banyak orang yang gak tau tentang forum yang satu ini karena forum ini masih tergolong baru. Tuanmuda.us adalah suatu forum dunia maya yang berdiri sejak tahun 1 Agustus 2011. Ya... forum ini baru berumur beberapa bulan.

Dalam forum ini terdapat berbagai macam topik/artikel yang berisi ilmu pengetahuan, informasi dan hiburan dalam segala hal. Forum ini mempunyai slogan “Bebaskan Ekspresimu Disini !” yang bisa diartikan bahwa forum ini adalah forum yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi bagi semua membernya. Tentunya bebas yang bertanggungjawab loh......

Yang unik di forum ini adalah panggilan membernya yaitu Raden (untuk member laki2) dan Nona (untuk member perempuan). Indonesia banget kan??. Untuk sistem reputasinya, forum ini menggunakan sistem balok reputasi dimana Potion untuk reputasi baik (GRP) dan Poison untuk reputasi buruk (BRP).

Berikut saya kasih Preview dari tuanmuda.us :
[Image: HGTCO.png]

[Image: ztaRb.png]

[Image: wf32Z.png]


Jadi tunggu apa lagi, ayo gabung dengan para raden/nona TM'ers yang sudah duluan join dan mulai mencari teman-teman baru dari berbagai belahan dunia terutama Indonesia. Ayo... bebaskan ekspresimu di Tuanmuda forum..!!!

Realita Adalah Realita, Ia Selalu Jujur Apa Adanya

0 comments

Realita adalah realita. kenyataan tidak bisa direduksi dari satu sisi saja, entah itu sisi positif atau negatifnya. Orang yang hanya membicarakan realita sebagai wacana yang selalu positif adalah orang yang munafik, penjilat yang menutupi hitam-putih kenyataan. Tentu yang mereka lakukan adalah demi kepentingan. Realita tidak pernah bohong kepada manusia. Ia selalu jujur. Jujur kalau memang realita adalah ruang yang penuh dengan problem, mulai yang sederhana hingga yang paling kompleks yang susah dipecahkan. Kita tidak bisa hanya melihat realita sebagai hal-hal yang indah dan menyenangkan saja, yang seperti ini tak ubahnya dengan hanya impian. Impian yang mengafirmasi realita sekitar dengan hal-hal positif sesuai kehendak berpikir kita sebagai subjek. Juga sangat tolol orang-orang yang menganggap realita sebagai ruang kejam yang menakutkan yang didalamnya terdapat problem yang rumit dan tak terpecahkan.

Realita adalah panggung sandiwara kebaikan dan keburukan, bahkan melampaui semua itu.

Ada cinta dalam realita, ada benci juga. Ada kemarahan, ada kasih sayang. Panggung realita disediakan bagi manusia dengan berbagai kemungkinan alam pikirnya. Untuk orang tolol atau untuk orang cerdas. Memilih menjadi orang tolol atau orang cerdas adalah keputusan eksistensialis manusia. Tidak ada yang berhak menjustifikasi seseorang apakah dia tolol atau cerdas sebenarnya. Justigikasi itu adalah konstruksi sosial dari masyarakat yang terbiasa dengan kewajaran. Kewajaran tentang gaya hidup dan gaya berpikir. Realita menyediakan tempat bagi semua jenis orang dengan semua jenis gaya berpikir, tidak melulu untuk orang tolol ataupun orang cerdas. Semuanya disediakan tempat oleh realita.

Hanya saja, para pendobrak realita sering kali tidak muncul dari kalangan orang kebanyakan yang hidup dengan penuh kewajaran. Pendobrak kebenaran dalam realita senantiasa unik dan berpikir dengan cara yang tidak wajar, sebuah cara yang tidak dimiliki orang kebanyakan.

Realita tidak bisa ditutup-tutupi dengan kalimat-kalimat motifasi. Premis motifasi tidak menunjukkan kebenaran, ia hanya mengarahkan pada kehendak tertentu. menjadi kehendak kebaikan jika motifasi itu diarahkan untuk kebaikan, menjadi kehendak keburukan jika motifasi itu diarahkan untuk keburukan. Dunia sepenuhnya mengandung nilai kejujuran yang tidak bisa direduksi, namun juga tidak bisa dijelaskan apa adanya sebagai das ding an sich (meminjam istilah Kant). Dunia selalu dinilai oleh manusia dengan cara berpikir mereka menghadapi realita. Cara pandang manusia terhadap dunia tidak bisa murni 100% benar sesuai apa yang ia lihat dan dilihat orang lain. Manusia melihat dunia selalu sebagai konteks atau sebagai fragmen tertentu yang paling pas di hatinya, paling sesuai dengan yang ada dalam anggapan berpikirnya. Fragmen itu seperti kaca mata berwarna, akan hijau jika kacamatanya berwarna hijau, akan merah jika kacamata itu berwarna merah. Realita berwarna hijau jika manusia memahami dunianya dengan perspektif kacamata hijau. Demikianlah seterusnya.
Bukankah keseluruhan kenyataan memang terlalu rumit untuk dijelaskan? Tentu saja. Manusia itu terbatas pada kemampuannya memahami realita dengan kacamatanya. Kalau kita ingin menjadi manusia yang memahami kenyataan secara lebih ‘kaya’ dari orang kebanyakan (orang yang hanya menggunakan satu atau dua kacamata-perspektif), maka kita harus banyak mengoleksi kacamata dengan berbagai warna. Jujur pada dunia, berdamai dengan kehidupan. Kita hadapi kenyataan dengan sifat manusia yang sebenar-benarnya, coba pahami dunia dengan perspektif yang lebih luas, agar diri tidak terkungkung dalam sempitnya pemahaman yang diberikan satu macam kacamata warna.

Menjadi Orang Tua Bagi Manusia, Bukan Robot

0 comments

“Dilihat dari faktor kemauan untuk maju, saya mengelompokkan guru menjadi tiga jenis. Pertama, guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar, lalu pulang. Mereka hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Kedua, guru materialistis, yaitu guru yang selalu melakukan perhitungan mirip dengan aktivitas bisnis jual beli. Parahnya yang dijadikan patokan adalah hak yang mereka terima, barulah kewajiban dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima. Ketiga, gurunya manusia, yaitu guru yang memiliki keikhlasan dalam belajar dan mengajar. Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan” (Munif Chatib dalam buku “Gurunya Manusia”, Kaifa, Jakarta, 2011, halaman 64).

Saya memang menyukai bukunya Munif Chatib, karena sangat inspiratif bagi saya. Dua tulisan saya sebelumnya, semua juga mengutip dan mangambil inspirasi dari buku bang Munif, untuk saya bawa ke dalam pembahasan tentang pendidikan di dalam keluarga. Hal ini karena saya sangat meyakini bahwa perbaikan bangsa dimulai dari pendidikan, dan pendidikan dimulai dari rumah dan sekolah.

Orang Tua Robot, Orang Tua Materialistis
Ketika Munif mengelompokkan guru menjadi tiga jenis, yaitu guru robot, guru materialis dan gurunya manusia, maka dalam kehidupan keluarga, orang tuapun bisa dikelompokkan serupa itu. Orang tua adalah guru dan pendidik pertama dan utama di dalam kehidupan rumah tangga. Maka ada tipe orang tua robot, orang tua materialistis, dan orang tuanya manusia.

Orang tua robot adalah ayah dan ibu yang bertindak seperti robot, tanpa perasaan. Bekerja mekanis : ayah bekerja mencari nafkah, ibu mengurus rumah tangga. Ayah pulang kerja, masuk rumah, membaca koran, nonton TV, makan, doa dan tidur. Ibu memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, menyiapkan sarapan sebelum anak-anak berangkat sekolah, membaca tabloid, nonton sinetron, doa dan tidur.

Tidak ada kehangatan di dalam keluarga tersebut, yang ada adalah suasana formal dan sangat kaku. Tidak ada kelembutan dan membuncahnya cinta dan kasih sayang. Yang lebih tampak adalah suasana saling asing di antara suami, isteri, dan anak-anak. Mereka berinteraksi secara formal dan tidak tampak suasana keharmonisan sebuah keluarga, karena lebih dominan suasana kesibukan masing-masing anggota keluarga, seakan mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki ikatan kekeluargaan.

Ayah dan ibu tidak mengerti mengapa anaknya menangis. Ayah merasa sudah menunaikan kewajibannya, namun ternyata anak masih merajuk. Ibu merasa sudah menyiapkan keperluan sekolah anak, namun anak masih malas berangkat sekolah. Mereka tidak memahami bahasa perasaan, tidak mengerti bahasa hati, yang diketahui adalah bahasa kegiatan dan perbuatan praktis.

Orang tua materialis adalah ayah dan ibu yang selalu menjadikan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu. Sejak kecil saat anak menangis, yang terpikir adalah “ia memerlukan makanan atau mainan apa?” Begitu anak menangis, pertanyaan ibu adalah, “Mau apa nak ? Jelly, atau Chiki ?” Pertanyaan ayah adalah, “Ayo kita beli mainan, kamu pengin mainan apa?” Mereka berpikir bahwa anak akan diam jika mendapat pemenuhan materi.

Ayah merasa sudah menjadi orang tua hanya karena memberikan keperluan material bagi anak-anak. Ia bekerja mencari nafkah, agar bisa memberikan kecukupan makan, pakaian dan papan bagi keluarga. Membayar uang sekolah anak-anak, membiayai kesenangan anak-anak, membelikan handphone, laptop, pulsa, blackberry, dan seterusnya. Membayar keperluan kesehatan, membiayai keperluan rekreasi, mencukupi sarana transportasi, seperti motor, mobil dan segala asesorisnya.

Ibu merasa sudah menjadi orang tua hanya karena mencukupi keperluan sekolah dan bermain anak-anak. Ibu sudah memenuhi belanja untuk anak-anak. Memasakkan berbagai makanan yang disenangi anak. Membelikan makanan dan minuman kesukaan anak-anak. Membelikan seragam sekolah anak, membelikan buku-buku pelajaran anak. Mengajak anak-anak untuk mengikuti berbagai kursus dan bimbingan belajar.

Orang Tuanya Manusia
Sedangkan orang tuanya manusia adalah ayah dan ibu yang terus menerus berusaha untuk mendidik anak dengan sepenuh hati. Selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak, selalu berusaha menyayangi anak dan mengarahkan mereka menuju kebaikan. Orang tua yang selalu belajar dan meningkatkan kapasitas diri agar menjadi ayah dan ibu yang unggul dan tangguh dalam mendidik dan membersamai proses tumbuh kembang anak-anak.

Ketika anak menangis, orang tua memahami bahwa yang diperlukan adalah perhatian dan kasih sayang. Ketika anak merajuk, orang tua memahami bahwa yang diperlukan adalah sentuhan hati dari ayah dan ibu, bukan sentuhan materi. Orang tuanya manusia memahami bahwa ada kewajiban yang tidak sekedar materi, lebih dari itu orang tua harus memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, percontohan moral, dan dukungan amal.

Orang tuanya manusia merasakan dengan hati, menyapa penuh kelembutan, mendorong penuh motivasi, menyentuh dengan perasaan. Ayah dan ibu yang selalu berusaha memberikan ketaladanan dalam kehidupan, selalu berusaha mencetak generasi yang mengerti dan komitmen terhadap nilai-nilai. Ayah dan ibu yang mengerti bahwa mereka memiliki kewajiban mengarahkan segenap potensi anak-anak menuju kehidupan yang penuh berkah, kebahagiaan dan keberhasilan.

Karena anak-anak yang kita lahirkan adalah manusia dengan segala potensi yang utuh, maka kita tidak boleh menjadikan mereka sebagai robot, tidak boleh pula menggunakan pendekatan materialistis dalam berinteraksi dengan anak-anak. Harus melakukan pendekatan dari hati ke hati, dengan perasaan, dengan bahasa jiwa. Hanya orang tua yang sadar akan kelengkapan potensi anak-anak ini yang akan bisa menghantarkan mereka menuju gerbang keberhasilannya.

Konsekuensi logisnya adalah, orang tua seperti ini harus selalu rela belajar, rela meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dirinya agar selalu bisa melakukan hal yang tepat dan memberikan hal terbaik bagi anak-anaknya. Mereka selalu belajar, mencari ilmu, pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi upaya mendidik anak-anak. Orang tua humanis seperti inilah yang akan bisa menjadikan anak-anak yang sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Semoga kita bisa menjadi orang tuanya manusia, karena anak-anak kita adalah manusia dengan segala potensi yang utuh.