HIDUP ADALAH PERANG, PEPERANGAN MELAWAN DIRI SENDIRI!

Hidup adalah peperangan melawan kebodohan batin yang selalu akan menjajah hati setiap manusia. Bila sudah bisa memangkannya, itulah kemenangan yang sejati…

Makna perang seringkali kita salah artikan sebagai untuk memerangi dan menghancurkan pihak atau orang lain. Begitu tidak ada kesepahaman, jalan keluarnya adalah perang. Begitu yang terjadi  Dari jaman barbar sampai jaman modern sekarang, perang masih tetap berlangsung, tak pernah berhenti.
 
Kita lupa, sesungguhnya masih ada perang yang lebih penting dan mulia untuk kita tuntaskan di dunia ini.
Perang yang seharusnya selalu kita lakukan adalah untuk memerangi kemiskinan dan memerangi “kebodohan” diri kita sendiri. Makna perang yang sesungguhnya terlupakan karena kita lebih sibuk untuk melakukan perang terhadap musuh-musuh yang berada diluar diri kita.

Kemiskinan adalah musuh yang seharusnya kita lawan dengan gigih, karena kemiskinan bukan milik kita. Tuhan menginginkan kita hidup kaya di dunia  Oleh sebab Tuhan sudah memberikan petunjuk dan jalanNya. Karena kemiskinan bisa membuat tak berdaya dan jatuh dalam kemeralatan serta kesuraman.

Selanjutnya adalah perang suci yang tak boleh kita lupakan adalah memerangi kebodohan batin didalam diri kita. Karena musuh ini telah menjajah kita sekian lama tanpa kita menyadarinya, sehingga tidak bisa melepaskan diri dari cengkramannya.

Kebodohan batin yang masih melekat adalah keserakahan, kesombongan, kebencian, dengki dan iri hati, kemarahan, kelicikan, keasusilaan dan lain-lain.

Sayangnya selama ini energi dan pikiran kita lebih banyak dikerahkan, selain sibuk berperang melawan musuh nyata yang berada diluar, fokus kita lebih kepada memerangi kemiskinan.

Ternyata sesuatu yang berbentuk lebih memikat kita untuk diperangi. Sedangkan musuh sejati yang tersembunyi dan mematikan, serta menggerogoti hidup dibiarkan untuk membunuh kita secara perlahan-lahan menuju kematian yang menyedihkan
.
Demikianlah bila kita lebih memiliki dan mengutamakan kepintaran daripada menggunakan kearifan dan menyikapi hidup. Sehingga kita tak dapat membedakan mana yang sejati dan mana yang palsu. Yang kemudian membuat kita salah mengambil langkah menjalani hidup ini.

Sampai saat ini, sudah berapa banyak umat manusia yang sudah terbebas dari kebodohan batin?
Apakah kita sudah bisa dengan lantang berteriak ” Merdeka ! ” dalam arti yang sesungguhnya karena sudah bebas jajahan kebodohan batin ?

Mungkin hari ini belum banyak, namun entahlah…esok atau lusa!

0 comments: (+add yours?)

Post a Comment