Pengantar
Berbicara mengenai kepemimpinan, yang terpikirkan oleh saya bukan hanya menyangkut pemimpin melainkan juga yang dipimpin. Kedua pihak ini mesti saling pro-aktif. Walaupun pemimpin begitu ideal, namun jika orang yang dipimpin tidak pro-aktif, sia-sialah sebuah organisasi: tidak lancar/tidak hidup. Namun, dalam artikel ini, saya hanya memfokuskan diri pada karakter seorang pemimpin.
Menurut Max de Pree (tokoh manajemen kepemimpinan), pemimpin pertama-tama dipahami bukan sebagai jabatan (privilege) melainkan sebagai pekerjaan/tanggung jawab/responsibility (dan menurut saya sebagai pelayanan). Artinya, tugas seorang pemimpin adalah berusaha memberdayakan orang untuk melakukan apa yang seharusnya mereka kerjakan dengan cara yang paling efektif dan manusiawi. Pekerjaan menjadi efektif jika ada framework (kerangka kerja) yang akan dikerjakan. Seseorang melakukan hal yang manusiawi jika apa yang mereka lakukan selalu dalam koridor moral dan ajaran iman.
Bahan inspirasi utama penulis saat menulis artikel ini adalah kepemimpinan Yesus. Saya tidak mau lari dari situ. Sebab, kepemimpinan Kristiani selalu berpegang teguh pada ajaran dan keteladanan Yesus. Dan kita sebagai pengikut-Nya mesti menempatkan diri sebagai pengikut Kristus sejati (imitatio christi). Ada beberapa karakter kepemimpinan yang mestinya kita, sebagai umat Kristen, mempraktekkannya dalam hidup keseharian kita, antara lain:
1. Pendoa
Sebelum membuat keputusan penting, Yesus berdoa terlebih dahulu. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Mrk. 1: 35). Yesus pergi ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul (Luk. 6: 12-13).
Yesus begitu intim dengan Allah. Maka, apapun yang Ia lakukan selalu sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Seorang pemimpin mesti beguru pada sikap Yesus. Modal utama pemimpin dalam merealisasikan (mewujudkan) tanggung jawabnya serta visi dan misinya adalah kekuatan doa (daya spiritual). Kesatuan pemimpin dengan Allah, menjadi semangat yang berkobar untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bahkan menjadi sumber kebijaksanaan pemimpin dalam mengemban tugasnya.
2. Pelayan
Yesus pernah bersabda: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10: 42-45). Pemimpin yang memiliki jiwa pelayan selalu berusaha mengambil keputusan yang mengarah pada bonum commune (kebaikan/keuntungan bersama) dan bukan semata-mata demi mencapai bonum private (keuntungan pribadi). Yesus menggunakan istilah pelayan itu berarti pemimpin adalah bukan tipe Nato (no action talk only). Pemimpin adalah orang yang mau bertindak dan menyadari tanggung jawabnya.
Dan, yang patut diperhatikan oleh pemimpin adalah kata-kata bijak dari Ken Blanchard: “Semua pemimpin yang berjuang untuk menghasilkan hal-hal baik harus dapat mengeluarkan yang terbaik dari dalam dirinya dan orang lain. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam diri, yakni melalui hati yang mau melayani, lalu keluar untuk melayani orang lain.”
3. Memiliki responsibility (bertanggung jawab)
Responsibility berasal dari dua kata. Response: tanggapan, tindakan, jawaban. Ability: kemampuan, kesanggupan. Jadi, responsibility adalah kemampuan bertindak, kesanggupan menanggapi. Seorang pemimpin harus memiliki kepekaan pada tanggung jawabnya. Tanggung jawab adalah semangat hidup seorang pemimpin. Dalam Kitab Suci, kita sering mendengar: jika kita bisa menyelesaikan perkara kecil maka kepada kita akan dipercayakan untuk melakukan pekerjaan besar (minora servabis, mayora te servabit). Lancar atau tidaknya sebuah organisasi tergantung pada kesadaran pemimpin akan tanggung-jawabnya. Oleh karena itulah, dalam mengemban dan merealisasikan tanggung-jawabnya, seorang pemimpin mesti bersikap persuasif. Pemimpin berusaha untuk tidak meluki hati siapapun.
4. Teladan
Yesus adalah teladan yang baik. Maka Ia disegani. Pengaruh-Nya luar biasa sehingga orang Farisi “membenci Yesus”. Kata-kata Yesus banyak yang mendengarkan ketimbang kata-kata orang Farisi. Mengapa, kata-kata Yesus “berbisa”? Karena Dia selalu menerapkan semangat Truth-telling : mengatakan benar jika benar, mengatakan salah jika salah. Mengatakan baik jika baik dan mengatakan tidak baik jika tidak baik. Sikap radikal Yesus inilah yang menjadikan Dia memiliki pengaruh dan pengikut. Artinya, Yesus memiliki kualitas hidup yang baik yang patut diteladani.
Seorang pemimpin harus menunjukkan dirinya (show up bukan show off) sebagai pribadi yang patut diteladani melalui: tutur kata, sikap, tindakan, dan cara hidup.
Yesus menunjukkan keteladanan kepemimpinan-Nya dengan jalan:
a. menjadi panutan, memberikan teladan kehidupan (yakni semangat pelayanan) ketimbang memberikan perintah dan aturan-aturan yang memaksa.
b. Menjadikan diri dan kehidupan-Nya sebagai teladan moralitas. Tidak ada kesalahan dan kejahatan dalam hidup/diri-Nya
c. Transparan: semua orang dapat menilai dan mengalisis diri-Nya. Yesus juga tidak berbicara dengan sembunyi-sembunyi melainkan dengan lantang menyuarakan kebenaran dan kebaikan berdasarkan iman akan Bapa-Nya.
Seorang pemimpin harus menunjukkan teladan yan baik dan kemudian melatih orang lain untuk mengikutinya. Itulah yang diterapkan oleh Yesus kepada para muridNya. Maka, kita yang berprofesi sebagai pemimpin harus mampu melatih orang lain untuk menjadi pemimpin yang handal dan yang sadar akan tanggung jawabnya.
5. Pemersatu
Yesus mencari dombanya yang hilang, walau hanya seekor. Ini adalah jiwa kepemimpinan: mencari orang yang menarik diri dari komunitasnya. Yesus mempersatukan domba yang terpisah dari komunitasnya. Sebagai seorang pemimpin harus berusaha mempersatukan orang-orang yang ia pimpin/tuntun. Pemimpin adalah pribadi yang berperan sebagai mediator, navigator dan problem solver (pemecah masalah). Pemimpin berusaha mengurangi masalah (yang membuat orang tidak bersatu) dan bukan menambah masalah ( trouble/problem maker).
6. Rendah hati
Pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai pelayan berarti dia memiliki semangat yang rendah hati. Ia juga tidak hanya berkata: sungai itu kotor melainkan ia mau membersihkan sungai tersebut. Orang yang rendah hati adalah orang yang mau “turun” langsung melihat realitas/kenyataan hidup. Dalam Flp. 2: 5-11, di situ ditampilkan semangat Yesus yang sangat rendah hati. Yesus tidak sombong dengan kesalehan hidup-Nya atau karena Dia Allah. Kerendahan hati seorang pemimpin tampak juga dalam sikapnya yang mau mendengar kritik dari orang lain. Mau memperbaharui diri. Dia tidak menempatkan diri sebagai superior tetapi sebagai socius (teman/sahabat) yang solider.
7. Self-critical (introspeksi)
zaman sekarang yang diharapkan dari setiap pemimpin adalah kemampuan dan kesediaannya untuk melakukan pemeriksaan batin: apakah kepemimpinannya mengarah pada jalur yang baik dan benar. Seorang pemimpin haru bersedia mengoreksi dirinya sendiri. Ia mesti memeriksa batinnya apakah semangat kepemimpinannya sesuai dengan semangat kepemimpinan Yesus atau jangan-jangan hanya didasari oleh semangat egoisme dirinya sendiri.
8. Visioner dan inisiator
Pemimpin harus memiliki kepekaan untuk melihat visi yang tepat demi kelancaran kepemimpinannya. Seorang pemimpin mesti idealnya adalah pribadi yang visioner. Dalam arti, mampu membaca dan merespons tanda-tanda zaman secara bijaksana. Selain itu, ia mampu melihat yang lebih baik dan penting bagi kelancaran organisasinya. Hal ini memang membutuhkan daya kepekaan. Tanpa kepekaan seorang pemimpin tidak mampu bertindak sebagai inisiator. Pemimpin tidak semata-mata berfungsi sebagai to lead (memimpin) tetapi sekaligus to manage (mengatur/mengurus) dalam arti ia bersedia mendelegasikan kepemimpinan kepada bawahannya.
9. Profesional
Seorang pemimpin dianggap professional jika ia membatinkan 8 etos kerja professional. Menjalankan kepemimpinannya penuh syukur dan ketulusan/keikhlasan hati.
- Menjalankan kepemimpinannya dengan benar, penuh tanggung jawab dan akuntabilitas
- Bekerja sampai tuntas, penuh kejujuran dan keterbukaan
- Menjalankan kepemimpinannya penuh daya optimisme dan antusiasme.
- Bekerja serius penuh kecintaan dan sukacita
- Kreatif serta inovatif dalam menjalankan tugasnya.
- Bekerja secara tekun, berkualitas dan unggul
- Bekerja dengan dilandasi kebajikan dan kerendahan hati.
10. Tegas
Seorang pemimpin tidak boleh plin-plan. Dia harus tegas sekaligus bijak dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin mesti berani memutuskan apapun resikonya. Figur pemimpin semacam ini idealnya mesti memiliki self-confidence (kepercayaan diri) yang tinggi. Pemimpin yang tak memiliki self-confidence akan ragu-ragu memutuskan hal-hal yang urgen. Ini bahaya. Yesus, berani memutuslan untuk berpihak pada kaum pendosa, sakit, dan miskin walaupun nyawa-Nya melayang. Yesus sadar, setiap keputusan pasti ada konsekuensi, entah negatif atau positif. Artinya, Yesus mampu menguasai keadaan dan tidak dikuasai oleh keadaan. Nah, seorang pemimpin jangan sampai berani memberi keputusan setelah ada desakan/paksaan. Itu berarti pemimpin tersebut dikuasai oleh keadaan.
Penutup
Seorang pemimpin adalah seorang pelayan yang memiliki pengaruh. Pengaruhnya terpancar dari karakter-karakter yang ia miliki. Pemimpin yang memiliki karakter seperti di atas, saya yakin, kepemimpinannya akan bermuara pada bonum commune dan semangat iman akan kepemimpinan Kristus.
Pertanyaan Reflektif
1. Apa kendala yang paling sering Anda alami ketika Anda menjadi seorang pemimpin?
2. Masalah apa yang sering terjadi dalam kepengurusan Mudika?
3. Apa saja karakter/sifat/cara hidup Anda yang telah Anda terapkan dalam kepemimpinan Anda selama ini?
4. Seberapa sering Anda meminta pertolongan Allah dalam kepemimpinan Anda?
5. Mengapa sulit sekali kita menemukan seorang pemimpin yang memiliki karakter semacam ini?
0 comments: (+add yours?)
Post a Comment