Suatu  hari, terpampang sebuah pengumuman. Kerajaan katak mengadakan  
sayembara. Sebuah mutiara diletakkan di puncak sebuah menara. Semua  
rakyat katak boleh mengikuti sayembara itu dan memenangkan hadiahnya.  
Atas undangan ini, berduyun-duyunlah segala jenis katak untuk  
mendaftarkan diri dan mengikuti sayembara. Tak urung ratusan katak  
mengikuti sayembara dimaksud.
Setelah  peluit dibunyikan, semua katak berlomba untuk memanjat menara. 
Karena  jalanan sempit, banyak katak saling berdesakan dan terjepit. 
Tidak  sedikit pula katak terjatuh. Bahkan, ada pula katak meninggal 
dunia  karena kalah kuat bersaing, berdesakan, dan saling mendorong 
dengan  katak yang lebih kuat. Tentu saja jumlah katak pun berkurang. 
Kini,  tinggal katak yang agak kuat dan besar terus bersaing untuk 
mendapatkan  mutiara di puncak menara.
Di  tengah perjalanan menuju puncak menara, banyak katak tak kuat dan  
akhirnya terjatuh. Mereka tak kuat menahan terpaan angin. Tidak sedikit 
 katak kelelahan dan kehabisan tenaga. Lalu, katak-katak itu  
berteriak-teriak, “Aduh, saya menyerah saja. Tak ada gunanya kita  
bersaing ini. Ayo, kita turun saja!”
Teriakan  katak-katak itu menyurutkan semangat katak-katak lainnya. 
Lalu,  katak-katak itu mengiyakan kebenaran teriakan teman-temannya. 
“Untuk apa  kita memerebutkan mutiara di atas menara. Bikin capek saja. 
Toh mutiara  tidak enak dimakan!” Maka, berbalik arahlah katak-katak 
itu. Mereka pun  mulai menuruni menara itu. Mereka menyerah!
Namun,  seekor katak terlihat terus menaiki menara itu. Seekor katak 
kecil itu  tidak menghiraukan teriakan teman-temannya. Katak kecil itu 
terlihat  sempoyongan karena diterpa angin yang semakin kencang 
meniupnya. Katak  itu terus bertahan untuk menaiki menara untuk 
mendapatkan mutiara. Setelah bekerja keras menahan gempuran angin, katak kecil itu pun berhasil mendapatkan mutiara. Sorak-sorai
  dan tepuk tangan pun membahana memecah angkasa. Mereka riuh-rendah  
memuji ketangguhan sang katak kecil yang berhasil mendapatkan mutiara.  
Setelah dikira cukup di puncak, katak itu pun turun dengan membawa  
mutiara yang baru saja didapatkannya.
Setelah  tiba di daratan, banyak wartawan mengerubungi katak juara itu. 
Lalu,  katak kecil itu pun diserbu pertanyaan-pertanyaan dari sang 
wartawan.  “Apa konsep Anda sehingga dapat meraih juara?” teriak 
wartawan yang  berdesakan itu.
Namun,  katak kecil itu tidak menjawab pertanyan para wartawan itu. 
Katak kecil  itu hanya tersenyum ramah. Katak kecil itu terus menebar 
senyum ramah  kepada semua hadirin dan wartawan. Tiba-tiba, seorang 
katak lain  menyahut, “Maaf, telinga katak saudaraku itu ditutupi kapas 
sehingga ia TULI dan tidak mendengar pertanyaan 
Saudara-saudara. Saya lepas dulu  kapasnya” Setelah kapas itu dilepas, 
barulah katak kecil itu dapat  mendengar pertanyaan dan menjawabnya 
dengan ramah.
Saudaraku,  banyak orang tidak menginginkan kita sukses. Banyak 
orang menginginkan  kita agar gagal meraih masa depan. Banyak orang 
berusaha menipu kita.  Banyak orang berusaha menggembosi semangat kita 
menuju sukses. Mereka  menginginkan kita agar menjadi manusia seperti 
mereka, yakni manusia  gagal. Lalu, apakah kita akan menuruti 
omongan-omongan dan ajakan-ajakan mereka?
Jangan  bersikap demikian, Saudaraku. Meskipun banyak teman itu penting,
  sedikit teman dengan kualitas baik tentu menjadi pilihan terbaik. Oleh
  karena itu, kadang kita memang perlu bersikap tuli agar semangat kita 
 tidak mengendor. Tak perlu semua suara didengar karena itu justru dapat
  berakibat buruk bagi semangat kita.
Twitter
Facebook
Flickr
RSS
0 comments: (+add yours?)
Post a Comment