Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda dan selama 3,5 tahun dijajah oleh Jepang. Selama itu Bangsa kita mengalami kesengsaraan dan penindasan, banyak para bangsa indonesia bahkan peran penting pemuda Indonesia yang gigih dan rela mengorbanan jiwa dan raga demi kemerdekaan tanah air. kemudian baru pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa kita berhasil memerdekakan diri dari penindasan, begitu kentalnya semangat pergerakan pemuda Indonesia. Walau banyak pemuda dari berbagai suku, tetapi tetap satu bangsa idonesia. akan tetapi kesengsaraan yang dialami Bangsa Indonesia tidak berhenti sampai disitu setelah merdeka selama 64th ternyata bangsa kita masih juga mengalami penindasan, Bangsa kita dipaksa untuk menghamba kepada kaum kapitalisme. Bangsa kita dijajah secara ideologi, sehingga bangsa kita kehilangan arah pijakan awal yaitu pancasila, lebih parahnya lagi yang baru-baru ini marak virus yang menindas/menjangkit kaum muda bangsa ini, yaitu virus bernama cinta. Virus (penindas) yang bernama cinta ini membuat kaum muda indonesia kehilangan arah dan pedoman hidup, karena menjadikan cinta sebagai sebuah ideologi baru. Cinta yang berarti mempunyai ketertarikan terhadap sesuatu kini disalah gunakan. Tidak ada larangan untuk jatuh cinta, karena manusia mempunyai hati dan rasa. Cinta terhadap tanah air, cinta orang tua, atau yang lain yang mempunyai manfaat positif dan tidak melenceng dari norma.
Memang penindas yang bernama cinta ini lebih sadis dan ganas dari Belanda dan Jepang, kalau yang menjajah Belanda dan Jepang itu bersifat fisik dan masih bisa dilawan, akan tetapi cinta menjajah hati, fikiran dan rasa setiap manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak rasional dan tidak bisa dilawan dengan fisik.
Dalam sebuah perjalanan hidup, cinta memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Buktinya, dapat kita lihat dari sinetron, film, lagu-lagu bahkan dari iklan sms diberbagai media.”Cinta itu bukan tujuan! Bukan cita-cita! Melainkan alat,”atau untuk lebih jauh lagi, cinta itu sebagai sebuah alat untuk melegitimasi manusia untuk menindas manusia yang lain. Ketika saya memaknai cinta seperti itu tentu banyak yang tidak sepakat terutama yang sudah dijajah virus cinta akut,. Karena selama ini, kita semua selalu menganggap cinta adalah sebuah nilai luhur dan tulus yang berasal dari hati yang paling dalam.
Dalam sebuah perjalanan hidup, cinta memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Buktinya, dapat kita lihat dari sinetron, film, lagu-lagu bahkan dari iklan sms diberbagai media.”Cinta itu bukan tujuan! Bukan cita-cita! Melainkan alat,”atau untuk lebih jauh lagi, cinta itu sebagai sebuah alat untuk melegitimasi manusia untuk menindas manusia yang lain. Ketika saya memaknai cinta seperti itu tentu banyak yang tidak sepakat terutama yang sudah dijajah virus cinta akut,. Karena selama ini, kita semua selalu menganggap cinta adalah sebuah nilai luhur dan tulus yang berasal dari hati yang paling dalam.
Akan tetapi, jika kita cermati cinta lebih dalam dan terbuka, maka kita justru akan lebih mudah melihat sisi gelap mengenai cinta. Misalnya saja dalam hubungan pacaran. Tanpa kita sadari dalam relasi pacaran, sering terjadi penindasan satu sama lainnya. Mudahnya seperti ini, terkadang si cewek melarang pacarnya untuk bermain dengan teman-temannya, dan diharuskan menemani dan membayari belanjaannya. Mengantar pulang pergi si doi, layaknya tukang ojek. Dan juga membayari makan tiap kali jalan berdua. Padahal baru pacaran, bagaimana kalau sudah berkeluarga, tentu lebih parah.
Ironisnya kita tak pernah menganggap semua itu sebagai penindasan. Padahal tampak jelas, dalam hubungan semacam itu tak ada kesetaraan. Kita malah selalu membentengi diri dengan berkata, “inilah cinta Butuh pengorbanan cuy.” Halah SUALLL. Apalagi buat orang yang sedang dibuat mabuk kepayang oleh cinta. Cuih Gara-gara cinta, Tai kucing pun terasa seperti chocholatos. Pantas saja D’massiv berkata cinta ini membunuhku.
Namun, muncul sebuah pertanyaan yang sangat mendasar, jika cinta itu tulus, suci, dan sebuah berkah dari Tuhan, mengapa cinta membutuhkan sebuah pengorbanan lebih sering menerabas nilai-nilai kemanusiaan?
Sebenarnya, tak hanya dalam pacaran saja kita dapat melihat penindasan atas nama cinta. Misalnya, atas nama cinta dengan agama, kita dengan entengnya menyebut orang lain kafir, lalu menyerangnya dengan menggila, tak perduli dengan nasib orang yang diserang itu. Terus, atas nama cinta pada pada persahabatan, kita dengan ikhlas mengroyok orang lain. Atau, atas nama cinta kepada kemanusiaan, Amerika Serikat dan Israel malah dengan pongahnya mengobrak-abrik tatanan negara lain, hingga berjuta nyawa tak bersalah melayang percuma.
0 comments: (+add yours?)
Post a Comment