Mengapa Tidak Mau Mengalah Bila Memang Baik

0 comments

Satu watak manusia yang sangat susah dikendalikan adalah sifat tidak mau mengalah ibarat kata walau langit runtuh dan bumi tergoncang pokoknya pendapat ku tidak bisa kau ubah. Sifat ini sering menimbulkan masalah seperti salah pengertian, komunikasi yang mandek alias tidak berjalan smooth dan bisa juga membuat rumah tangga gonjang ganjing atau suasana perang dingin sehingga iklim dalam rumah sangat sensitive tersingung satu sama lain.

Mereka yang berpendapat sangat keras biasanya susah mendengar pendapat orang karena dalam maind set atau pikirannya dialah yang maha benar sedang orang lain dianggap tidak benar dan tidak mengerti sehingga bila dia sudah menyatakan pendapat istilah yang dipakai “pokoknya ini sudah tidak bisa ditawar” jadi dia menetapkan harga mati sehingga tidak dapat ditawar lagi denga kata seperti coba dipikir betul baik dan buruknya, atau cobalah dipikir masak masak atau mungkin kita dapat mempertimbangkan dengan cara lain yang mungkin resikonya lebih sedikit dan seterusnya. Namun apapun alternaif yang ditawarkan padanya tidak mempan menerobos pendiriannya yang penuh percaya diri tapi kadang berlebihan.

Biasanya mereka yang tidak mau mengalah adalah mereka sukar mendengar orang lain bicara sehingga tidak paham yang dimaksud dan cepat menyimpulkan isi pembicaraan pada hal belum tentu benar maksud yang ingin disampaikan lawan bicara. Mereka juga sering tidak memberikan kesempatan lawan bicar bicara menjelaskan apa yang ingin diutarakannya dan pada akhirnya dia tidak pernah menghargai pendapat orang lain dan orang lain dia paksa itu menerima pendapatnya sendiri, kasihan betul. Kejadian seperti ini bisa dilakukan oleh seseorang mungkin dalam rumah tangga atau dilingkungan kerja bisa juga dilingkungan tempat tinggal.

Kalau disimak betul ada korelasi yang kuat antara banyak bicara dengan sifat rendah hati artinya mereka yang rendah hati pasti mampu dan bisa mendengar orang lain bahkan menghargai pendapat orang lain. Salah satu ciri kerendahan hati adalah mau mendengar pendapat, saran dan menerima kritik dari orang lain. Sering dikatakan bahwa Tuhan memberi kita dua buah telinga dan satu mulut, yang dimaksudkan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kadang-kadang hanya dengan mendengarkan saja, kita dapat menguatkan orang lain yang sedang dilanda kesedihan atau kesulitan. Harus diakui, kegiatan mendengar bukanlah suatu pilihan yang kita ambil dengan perasaan suka cita.

Jadi dalam hidup ini kita harus bijak dalam menjaga keharmonisan hubungan antar sesama diantaranya bila memang diperlukan kita harus mengalah lakukanlah untuk mencapai keadaan yang lebih baik, hal ini sesuai dengan perintah Tuhan bahwa kita harus sabar artinya dalam mengalah ada unsur sabar yang harus dimiliki dan bila kita bisa bersabar percayalah Tuhan akan bersama mu dan pasti menolong mu. Mengalah bukanlah berarti merendahkan diri kita atau mengalah bukanlah bertujuan menghina diri seseorang tetapi mengalah adalah mengalahkan ego kita agar selaras dengan kemauan Tuhan karena Tuhan juga berkata apa yang engkau anggap baik belum tentu baik dihadapan Allah dan apa yang engkau anggap tidak baik boleh jadi itu adalah hal terbaik dihapadapan Allah “

Percaya dan Sukses

0 comments

Apa makna keyakinan sehingga dikatakan bahwa keyakinan membuat segalanya menjadi mungkin?. Keyakinan tidak lebih dan tidak kurang kata Ralph Waldo Trine hanyalah operasi tenaga pemikiran dalam bentuk hasrat yang sungguh-sungguh, ditambah dengan harapan terhadap pemenuhannya.

Keyakinan seperti yang biasa dilihat, lebih daripada sekedar kepercayaan. Keyakinan mengantisipasi pemenuhannya. Perbedaan utama antara penjual tanggung dengan penjual kelas kakap terletak pada derajat keyakinan terhadap diri sendiri dan keyakinan pada hasil yang dicapai merupakan syarat bagi semua peningkatan berharga.
Kita akan berada pada jalan kehidupan yang benar kalau kita lebih dahulu yakin, percaya kepada yang Agung. Kita perlu menyadari bahwa diri kita adalah bagian dari paket penting dan rencana besar-Nya.

Dia yang telah menciptakan bertrilyun bintang yang beredar secara teratur di dunia ini, telah melengkapi diri kita dengan perlengkapan untuk sukses. Kita bisa saja menerima hal ini sebagai fakta dan berdiri tegap di dunia ini, seperti halnya kita juga bisa mabuk dalam teori kesempatan dan menjalani hari-hari kita seperti binatang.

Ketika kita sampai pada realisasi keberadaan kita, kita juga telah sampai pada pengenalan nilai-nilai untuk peningkatan diri kita. Kita mengembangkan keyakinan pada pencapaian ambisi kita. Hal ini merupakan pembuka katup tenaga yang mengantarkan kita pada suatu peningkatan individual yang dahsyat. Hal ini merupakan sumber tenaga yang tidak pernah gagal. Percaya dan sukses. Milikilah dan anda tak akan gagal.

Bekerja Itu…….

0 comments

Etos pertama: kerja adalah rahmat.

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.
Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah- ogahan.

Etos ke-dua: kerja adalah amanah.

Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga mendapatkan amanah dari pemilik toko.

Pegawai negeri menerima amanah dari negara. Anggota DPR menerima amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

Etos ke-tiga: kerja adalah panggilan.

Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah darma. Seperti darma Yudistira untuk membela kaum Pandawa. Seorang perawat memanggul darma untuk membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu kepada para muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada masyarakat. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.

Etos ke-empat: kerja adalah aktualisasi.

Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan psikososial manusia. Dengan bekerja, misalnya, seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa koleganya. “Perkenalkan, nama saya Miftah, dari Bank Kemilau.” Keren `kan?

Etos kelima: kerja itu ibadah.

Tak peduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.
 
Jansen mengutip sebuah kisah zaman Yunani kuno seperti ini:
Seorang pemahat tiang menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengukir sebuah puncak tiang yang tinggi. Saking tingginya, ukiran itu tak dapat dilihat langsung oleh orang yang berdiri di samping tiang.

Orang-orang pun bertanya, buat apa bersusah payah membuat ukiran indah di tempat yang tak terlihat? Ia menjawab, “Manusia memang tak bisa menikmatinya. Tapi Tuhan bisa melihatnya.” Motivasi kerjanya telah berubah menjadi motivasi transendental.
Warisan tak ternilai

Etos keenam: kerja adalah seni.

Apa pun pekerjaan kita, bahkan seorang peneliti pun, semua adalah seni.

Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling bergengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.

“Antusiasmelah yang membuat saya mampu bekerja berbulan-bulan di laboratorium yang sepi,” katanya. Jadi, sekali lagi, semua kerja adalah seni. Bahkan ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus- rumus fisika yang njelimet itu dengan kata sifat beautiful.

Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.

Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum. Semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.

Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup seorang lelaki tua sebatang kara karena ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi kebanyakan orang, kehidupan seperti yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah Cavennen, sebuah daerah yang sepi. Sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu menanamnya di sepanjang lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal dalam usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 km! Sungai-sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus menjadi subur. Semua itu dinikmati oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Di Indonesia semangat kerja serupa bisa kita jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Juga pada diri almarhum Munir, aktivis Kontras yang giat membela kepentingan orang-orang yang teraniaya.

“Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,” kata Jansen. 

sumber: 8 Etos Kerja Profesional - Buku bestseller karya Jansen Sinamo